blank
Ilustrasi. Reka: SB.ID

Martin Dennise Silabanblank

NATAL sering kali dirayakan dengan suasana damai dan suka cita, dihiasi dengan simbol kebahagiaan, persaudaraan, dan harapan.

Namun, dalam realitas yang penuh dengan ketidakadilan, baik korupsi, penggusuran masyarakat adat, maupun ketimpangan ekonomi, perayaan Natal sering terjebak dalam ritual kosong tanpa refleksi mendalam.

Apakah Natal hanya sekadar seremonial belaka, atau seharusnya menjadi panggilan profetik untuk melawan ketidakadilan struktural? Yesus memberikan teladan solidaritas dengan mereka yang tertindas, dan melalui refleksi ini, kita akan menelisik relevansi pesan Natal dalam konteks dunia yang penuh ketidakadilan.

Refleksi Natal ini mengacu pada karya Ronald J. Sider dalam Rich Christians in an Age of Hunger (1978, 2015), Howard Thurman dalam Jesus and the Disinherited (1949), dan John Howard Yoder dalam The Politics of Jesus (1994), yang menegaskan bahwa Natal bukan hanya perayaan damai yang pasif, tetapi panggilan untuk menghadirkan damai yang aktif, melawan penindasan.

Damai Sejahtera Semu

Sering kali, narasi Natal direduksi menjadi khotbah damai sejahtera yang semu, dramatisasi tanpa substansi, atau pengakuan dosa pribadi tanpa menyentuh dosa sosial. Padahal, inti pesan Natal adalah momen perlawanan terhadap kuasa yang menyeleweng dan peluang untuk menghadirkan kekuasaan yang berlandaskan keadilan.

Ronald J. Sider dalam Rich Christians in an Age of Hunger menyoroti bagaimana akumulasi kekayaan tanpa keadilan adalah bentuk eksploitasi yang harus ditentang oleh orang Kristen. Di Indonesia, misalnya, korupsi merampas dana publik dan merusak fondasi keadilan sosial, menciptakan sistem yang menguntungkan segelintir elit dan meminggirkan rakyat kecil.

Yesus, sebagaimana digambarkan oleh John Howard Yoder dalam The Politics of Jesus, hidup pada masa kekaisaran Romawi yang penuh ketidakadilan. Kehidupan Yesus adalah kritik tajam terhadap kekuasaan dan kekayaan yang disalahgunakan, sekaligus seruan bagi pengikut-Nya untuk berpihak pada mereka yang tertindas.

Natal seharusnya menjadi momentum untuk melawan sistem korup yang merusak tatanan keadilan sosial. Refleksi Natal yang sejati menuntut keberanian untuk menolak sikap pasif terhadap ketidakadilan dan mengambil langkah nyata dalam membangun keadilan.

Penggusuran Masyarakat Adat

Penggusuran masyarakat adat adalah salah satu bentuk kekerasan sistemik yang paling mencolok. Proyek-proyek pembangunan, sering kali dengan dalih transisi energi hijau atau swasembada pangan, merampas tanah masyarakat adat yang menjadi sumber identitas, spiritualitas, dan kehidupan mereka.