“Untuk pakaian memang kita pilih untuk menyesuaikan keadaan dan memberikan daya Tarik. Pakaian yang dikenakan para penampil tidak semuanya busana Khija asli, tetapi lebih ke India seperti film-film Bollywood. Saya sendiri pakai busana ala Inspektur Vijay dalam film India,” ujar Candra AN yang juga merupakan penggerak komunitas Khoja Semarang untuk tampil.
Selain penampilan tari, nyanyi, dan busana juga ada penganten sunat, yakni peragaan anak-anak yang habis sunat diarak Bagai pengantin. Selain itu bisa dinikmati aneka makanan 11 khas warga Khoja Semarang seperti pis tuban, sambosa, kopi rempah, nasi briyani, pisang banten, putu tegal, dan sebagainya.
Ketua Khojas, Sholeh MD menuturkan, Khojas berawal dari sebuah komunitas Khoja yang mulai tampil di Simpang Lima pada 2019 di acara car free day. Ternyata penampilan itu sukses, dan Pemkot Semarang mengundang Kembali untuk tampil dalam Festival Kota Lama tahun 2023.
Untuk even kali ini, temanya “Khoja Membangun Peradaban Semarang Melalui Ekonomi dan Budaya Religius dalam Kebersamaan”.
Kesadaran sebagai Warga
Chandra Adhi Nugroho, salah satu anggota komunitas menuturkan, Khojas menyadari tinggal di Semarang yang plural dengan aneka suku bangsa, seperti Tionghoa, Arab, Melayu, Jawa, dan komunitas lainnya.
Komunitas warga keturunan Gujarat, sebuah wilayah di India Barat. Leluhur mereka sudah tinggal di Semarang sejak beratus tahun lalu. Kedatangannya untuk berdagang dan syiar agama.
Menurut Chandra, yang ditampilkan memang bukan sepenuhnya budaya dan tradisi Gujarat, tempat asal Khoja. Tetapi merupakan kreativitas warga Khoja di Semarang. Misalnya bidang kuliner, adalah kreasi-kreasi seperti pisang banten, putu tegal, kopiah bobrok, dadar coklat.
“Warga etnis Khoja menyesuaikan apa yang ada di Semarang, kemudian dikolaborasikan dengan kuliner leluhur mereka. Juga bubur India yang selalu dibagikan saat berbuka puasa di Masjid Petolongan,” ujar Chandra yang juga wartawan ini.