blank
Ilustrasi. Reka: wied-SB.ID

blankJC Tukiman Tarunasayoga

DALAM bulan-bulan ini, -bahkan sudah sejak Februari lalu-, sampai dengan akhir November 2024 nanti, kata paling banyak diucapkan orang adalah menang atau kalah: Mimpang utawa mimpes. Jadi, tahun 2024 adalah tahun Mimpang, tahun Mimpes, dengan pesan moral terpenting: Siap mimpang, ya kudu siap mimpes lho.

Alam semesta seisinya mengajarkan banyak hal kepada manusia; di antaranya mari kita membandingkan antara tiram dan rajawali. “Pernahkah Anda melihat tiram berjalan-jalan di pantai atau di dasar air? Pasti belum atau bahkan tidak pernah akan melihatnya.

Tiram selalu bersembunyi di dalam rumahnya yang keras-kokoh. Di dalam rumahnya, tiram hanya membiarkan dirinya dibawa ombak ke mana pun menggelombang. Bila ia lapar, tiram cukup membuka rumahnya itu sejenak, membiarkan air masuk dan di dalam air itu pasti ada makanan yang dibutuhkannya.

Sebaliknya, lihatlah rajawali di angkasa sana. Ia akan mepayang-layang di angkasa, kadang tanpa menggerakkan sayapnya. Rajawali akan membuat sarangnya di pucuk paling tinggi pohon-pohon, membiarkan angin kencang menerpa sarang itu. Jika sarang utuh, amanlah diterpa angin kencang sekali pun.

Bila rajawali lapar, ia akan segera berburu “ke bawah” mencari mangsa dengan cepat dan lalu menyengkeram mangsanya itu dan membawanya “ke atas” lagi. Tak  akan ada satu pun binatang lain yang berani mengganggu ketika rajawali pesta pora di atas.”

Apakah tiram itu gambaran orang/pihak yang selalu kalah, yang mimpes? Sebaliknya, apakah rajawali adalah gambaran dia yang mimpang, menang, jemawa, pesta pora karena berkuasa? Jawabannya: Kita harus selalu wait and see, menunggu dan melihat apa yang bakal terjadi ke depan.

Menang itu bukan sekedar persoalan hari ini; demikian pun bila kalah. Semesta juga mengajarkan, berkuasa seperti rajawali pun, suatu saat ia pasti juga akan mengalami mimpes karena tidak mungkin akan selalu mimpang. Sdebaliknya juga tiram itu.

Mimpang-mimpes

Seseorang atau sekelompok orang disebut mimpang ketika ia/mereka menang. Sebutlah contohnya klub sepakbola Desa Waras Sugih yang dalam beberapa kali bertanding melawan Desa lainnya selalu menang. Kesebelasan PS WarGih selalu menang, selalu mimpang. Kecuali berarti menang, mimpang juga berarti  mimpin, memimpin. Paslon Prabowo-Gibran juga disebut mimpang karena dalam Pilpres Februari lalu, pasangan itu menang, mimpang; oleh karena itu mulai Oktober nanti mereka akan mimpin, memimpin.

Catatannya, -sesuai judul tulisan ini- , siap mimpang, ya kudu siap mimpes. Apa maksudnya? Seperti rajawali tadi, tidak selamanya ia akan menangggggggg terus, sedbab ada kalanya juga akan mengalami kalah. Dalam konteks ini kalah seperti itu disebut mimpes.

Mimpes, bayangkanlah betapa hidup ini seumpama balon saja. Sebuah balon ketika ditiup, ia dapat mengembang optimal, ungkapan khas Jawanya mlembung. Dalam kondisi mlembung itu, balon memang nampak indah/menarik, apalagi jika diisi gas, balon itu pasti akan bisa terbang melangit biru. Menarik.

Tetapi ingatlah, kondisi mlembung seperti itu tidak mungkin berlama-lama; dan bahaya mengancamnya ada dua sekurang-kurangnya; yakni meletus karena kena panas atau karena ada tekanan benda tertentu. Dan kemungkinan satunya adalah mimpes.

Mimpes artinya kempes. Bacalah kempes sebagaimana Anda mengucapkan  “kain serbet itu kotor,” atau “kernet truk itu  selalu bekerja keras.” Balon yang semula mlembung, tiba-tiba saja dapat kempes, baik secara perlahan-lahan atau bahkan mungkin tiba-tiba. Jangankan balon; ban mobil pun tiba-tiba bisa menjadi kempes karena suatu sebab.

Nah ……… semesta mengajarkan, orang yang sedang mlembung  berkuasa bagaikan rajawali pun mungkin sekali dapat pelan-pelan atau bahkan tiba-tiba menjadi kempes karena mimpes. Ini peringatan saja: Siap mimpang, juga harus siap mimpes.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University