JC Tukiman Tarunasayoga
KEUNGGULAN saudagar, sebutlah pedagang apa pun dan di mana pun, ada pada kemampuannya menyakinkan calon pembeli. Intinya, belum dapat disebut pedagang andal kalau belum berhasil menggaet pembeli. Faktor utama keberhasilannya itu ada atau terletak pada kepiawaiannya kojah. Koja pancen kudu pinter kojah.
Kojah memiliki tiga arti yang mirip-mirip maknannya. Pertama, kojah itu artinya crita, berceritera. Semakin seseorang piawai berceritera, ia akan disebut pinter kojah. Bagai orang seperti ini, apa saja dapat menjadi bahan ceritera.
Kedua, kojah itu berarti kandha, guneman, utawa dongeng; mirip-mirip berceritera, kandha, guneman, dan dongeng tetap berintikan pada orang itu memiliki kemampun berkisah perihal apa saja.Digigit nyamuk saja dapat menjadi bahan berkisah, dan kemungkinan besar menarik kisahnya.
Ketiga, kojah itu berarti ngandhani, menasihati. Lihat saja contohnya orang-orang yang sering tampil di muka umum itu. Dia sangat pinter menasihati, ngandhani ing babagan apa bae, tampak tahu apa saja dan menasehati siapa saja.
Pertanyaannya, apakah orang-orang yang (1) suka berceritera, (2) kandha kang sarwa apik, suka bicara yang serba baik/hebat, dan (3) suka menasehati seperti itu orang itu juga menjadi pelaku? Dengan kata lain, apakah orang yang pinter kojah itu juga pinter nglakoni, pinter melaksanakannya?
Biasanya tidak! Makanya sering ada sindiran, gajah diblangkoni, pinter kojah ora pinter nglakoni. Pertanyaan lebih spesifiknya, ialah: Sinten niku, nggih?
Masyarakat verbal
Kita ini tergolong masyarakat verbal, masyarakat yang suka omong, dan seolah ada “keyakinan bersama” semakin pinter omong, semakin hebatlah seseorang.
Ada anggapan, pejabat yang sukses, adalah pejabat yang pinter omong; politisi sukses, adalah politisi yang pinter omong’ pengacara sukses, adalah dia atau mereka yang pinter kojah. Dan seterusnya, dan sebagainya?
Baca juga Ora Nggabres Ora Ngrewes
Dalam masyarakat verbal, hal yang lebih dipercayai adalah hal yang diomongkan, hal-hal yang dikojahake. Bukti empiris menjadi tidak penting manakala orang semakin pinter meyakinkan lewat ungkapan-ungkapan verbal.
Kalau pun saya tidak jadi bagi-bagi pulsa gratis sesuai omongan saya waktu kampanye; tetapi hal itu tidak dianggap sebagai cacat apalagi dosa. Yang penting sewaktu saya bicara tentang: “Pentingnya pulsa dalam hidup ini, maka saya kelak akan bagi-bagi pulsa gratis untuk setiap orang seratus ribu per orang per bulan, jika saya terpilih,”
Dalam masyarakat verbal janji itu lebih sakti daripada bukti; dan kelak sangat mungkin tidak akan ditagih karena sudah tertutupi oleh omongan/janji lain yang lebih menarik lagi. Koja, pancen kudu pinter kojah!! Sinten niku, nggih?
Pria dalam lubang
Seorang pria terjerumus ke dalam sebuah lubang dalam, karena itu ia tidak dapat keluar. Ia hanya berteriak-teriak minta tolong. Seorang guru besar lewat, melongok ke lubang itu, lalu mulai memberi kuliah: ”Mengapa Anda begitu bodoh sehingga terperosok ke lubang. Harusnya Anda berhati-hati, dan kalau nanti berhasil keluar, lain kali harus hati-hati ya. Maaf, saya lewat.”
Lewat pula seorang alim, melongok dan berusaha membantu. “Saya akan mengulurkan tanganku, dan silahkan kamu ulurkan tanganmu. Kalau tangan kita bisa saling berpegangan, saya akan Tarik ke atas.” Gagal, dan tidak terjadi apa-apa.
Lewat seseorang, dan Ketika mendengar teriakan dari dalam lubang, orang itu segera mencari dahan pohon. Dahan itu dijatuhkan ke dalam lubang, kalau-kalau dapat untuk ancang-ancang memanjat. Satu dahan itu tidak bisa menolongnya; lalu orang di atas itu bersusah paying mencari dahan lainnya, lalu menjatuhkannya ke dalam lubang.
Baca juga Gimmick itu Santolan
Dua dahan itu diatur vertikal, dan berhasillah orang dalam lubang itu memanjatnya, dan huppppppp………..ia menggapai permukaan lubang dan keluar dari lubang itu. Segera ia mencari orang yang tadi menjatuhkan dua dahan ke dalam lubang.
Tidak ada siapa pun di situ; lalu tiba-tiba orang yang terbebas dari lubang itu itu menangis seraya berkata-kata: “Terimakasih Tuhan, ada seseorang yang tidak sekedar kojah, tetapi telah melakukan sesuatu untuk menolongku.”
JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University