𝗕𝗟𝗢𝗥𝗔 (SUARABARU.ID) — Seorang pendiri Pabrik Gula (PG) di Blora, kembali berdialog dengan petani tebu, di Kemadu Rembang, ia berbincang – bincang seputar pendirian pabrik gula di Kemadu hingga berbicara persoalan pilkada Bupati dan atau Gubernur, dihadapan para awak media. Senin, (20/5/2024).
Dengan dandanan santai berkaos oblong warna kuning dan celana lapangan dilengkapi sendal, Lie Kamajaya menjelaskan pabrik gula barunya di Kemadu, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, persis di tepi jalan nasional Rembang – Blora.
Pendiri Pabrik Gula Gendhis Multi Manis Blora, Lie Kamajaya mengungkapkan bahwa kenangannya saat mengelola investasi besar yang pertama kali ada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan itu, yang sempat memecahkan rekor mutu gula terbaik nasional dengan rendemen dan harga tebu tertinggi.
“Saat pertama kali kita dirikan pabrik gula di Tinapan dulu, dengan nama Pabrik Gula Gendhis Multi Manis, saat giling pertama setoran tebu petani kita membludak, karena harga kita tertinggi, dan saya masih utamakan tebu dari petani Blora bisa masuk semua, meskipun melebihi kuota, SPT-nya 15 truk tapi yang masuk 20 truk, ya harus tetap kita bayar, karena gak tega saya, tetap kita giling siang dan malam,” ujar Lie Kamajaya.
Lie Kamajaya mengatakan bahwa saat ini sedang mendirikan pabrik Gula di Sulang, Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
“Pengusaha gula nasional Lie Kamajaya siap buka dan operasikan pabrik gula di Kabupaten Rembang, dengan kapasitas giling tebu 2500 ton – 3000 ton per hari di lahan seluas 20 hektar,” ucap Lie Kamajaya.
Pabrik Gula dengan nama PT Wadah Karya Rembang (WKR) siap giling tebu petani 2500 – 3000 ton per hari, dengan target rendemen 9% – 10% untuk sejahterakan petani tebu di Rembang dan wilayah Blora
Di hadapan Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora, Lie Kamajaya kembali mengungkapkan tujuan mendirikan pabrik gula di Kemadu Rembang, yang dibangunnya setelah sekian lama vakum sejak PG Gendhis Multi Manis itu dibeli oleh Perum Bulog, salah satu Badan Usaha Milik Negara, yang mengurusi komoditas pangan termasuk diantaranya adalah gula.
Adu Menang Amplop
Lie Kamajaya kembali menjelaskan komitmennya untuk kembali mensejahterakan petani tebu, baik dari Rembang maupun Blora. Pabrik gula mini yang diberi nama Pabrik Gula PT WKR itu berdiri di atas lahan sekitar 20 hektar, nantinya akan menggiling tebu rakyat dengan kapasitas 2500 – 3000 ton per hari, di samping itu akan dibangun juga tempat pusat riset bibit tebu dengan mutu terbaik.
“Pabrik gula saya beri nama PT Wadah Karya Rembang ini, akan menggiling tebu petani dari Rembang dan Blora dengan kapasitas 2.500 – 3.000 ton per hari, dengan rendemen 9%, selain itu kita akan membuat pusat riset pembibitan tebu dengan mutu terbaik, untuk mewujudkan mutu tebu yang bagus dan rendemen tinggi pula, dari rendemen tebu petani yang ada, yang hanya 6 – 7 %, dengan mutu bibit yang bagus, bisa menghasilkan rendemen gula 10 – 12%, nah kalau rendemen tinggi maka harga tebu juga tinggi loh,” kata Lie Kamajaya.
Mengenai persoalan pilkada Lie Kamajaya menghendaki pelaksanaan pilkada bisa berjalan lancar aman dan kondusif, program Pemkab kedepan hendaknya bisa mendatangkan investor di Kabupaten Blora.
“Kalau di wilayah Blora ada 20 pabrik saja, kira – kira bisa mensejahterakan warga Blora,” tandas Pendiri Pabrik Gula PT WKR Rembang.
“Soal Kepemimpinan, Kalau dalam Pilkades, Pilbup dimulai dengan sawer menyawer, adu menang amplop, lingkaran ini gak akan selesai,” tegas Lie Kamajaya.
Kudnadi Saputro