blank
Dr H Abdul Kholik MSi saat memberikan keterangannya pada sejumlah awak media usai acara. Foto: riyan

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Anggota DPD RI Dapil Jawa Tengah, Dr H Abdul Kholik MSi mengatakan, ada dua aliran yang ikut membidani lahirnya rumusan Pancasila. Pertama aliran liberalisme (kanan) dan sosialisme (kiri). Ketika keduanya dipadukan, maka lahirlah Pancasila.

Hal itu seperti yang disampaikannya dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, yang mengambil tema ‘Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Keagamaan dan Kenegaraan Serta Pencapaian Tujuan Bernegara’, di Gedung DPD RI Jateng, Selasa (6/2/2024).

Sebagai pemateri selain Abdul Kholik adalah, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jateng, Prof Dr H Ahmad Rofiq MA. Acara ini sendiri dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai organisasi dan komunitas.

BACA JUGA: PWI Ziarah ke Makam Para Wartawan di Kebumen

blank
Dr Abdul Kholik (kedua dari kiri), memberikan penjelasannya tentang penjabaran nilai-nilai Pancasila. Foto: riyan

Dalam keterangannya Kholik menyampaikan, salah satu tugas anggota MPR yakni menyosialisasikan Pancasila. Hal itu karena adanya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan melibatkan semua sektor dan sendi kehidupan sosial yang ada.

”Banyak permasalahan yang muncul, seperti sektor kesehatan. Biayanya masih mahal. Lalu munculah spirit kebersamaan, hingga muncul BPJS sebagai wujud masing-masing sektor saling mendukung,” kata dia.

Menurut dia, ada juga masalah pendidikan. Banyak diskriminasi pendidikan dalam aturan perundang-undangan, utamanya di swasta. Porsinya sama meski sudah disertifikasi, tapi pendapatannya beda. Gedung pendidikan negeri terus dibangun, yang swasta gedungnya memprihatinkan.

BACA JUGA: Hati Dewangga Ada di PSIS

Sementara itu, Prof Dr Ahmad Rofiq MA menjelaskan, pemahaman terhadap Pancasila bagi kaum milenial sangatlah penting. Apalagi penguasaan milenial terhadap penggunaan teknologi informasi. Data di tahun 2019 menyebutkan, 80 persen website dikuasai kelompok kelompok radikal, dan mereka aktif berinteraksi dengan netizen.

”Makanya kalau ada seseorang yang mulai menyendiri, tidak mau bersosialisasi lagi, ini jadi indikasi yang harus diperhatikan secara serius. Bisa jadi anak bersangkutan terjebak narkoba atau terorisme. Ajarannya mengarahkan yang paling benar, lainnya salah. Makanya, perlu diajarkan memanusiakan manusia,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjutnya, BIN merilis pada 2017, 24 persen mahasiswa lebih suka jihad dengan kekerasan. Sebanyak 9,2 persen masyarakat setuju negara khilafah atau negara Islam Indonesia. Dan 23,4 persen mahasiswa, 23,3 persen pelajar SMA, setuju jihad untuk memperjuangkan berdirinya negara Islam Indonesia.

Riyan