blank
Dua orang pegawai di Kebun Widuri, Desa Wonokerto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, mengecek panel surya, sebagai pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). (Foto: Diaz Azminatul Abidin/Suarabaru.id)

Gambarannya, masyarakat yang sudah punya tanaman-tanaman buah besar kemudian ditambahkan stek sambung dahan dengan varietas yang lebih unggul. Dengan begitu pembuahannya akan lebih cepat. Selain itu buah-buahan ini juga punya daya tarik tersendiri bagi pecinta buah-buahan.

Pihaknya mendatangkan para ahli di bidang tanaman buah varietas tersebut untuk mengajari masyarakat bagaimana membuat sistem stek sambung dahan. Selain itu juga bagaimana cara untuk pembuahannya.

Dalam dua tahun tanaman kelengkeng misalnya, bisa dibuahkan sebanyak tiga kali dalam dua tahun. Bahkan bisa dipercepat, namun melihat kondisi karena bila terlalu sering dipacu maka akan berdampak kurang baik bagi kesuburan tanah. “Jenis buah-buahan yakni mangga, kelengkeng, sudah dibudidaya dan berhasil,” katanya.

blank
Sejumlah pengunjung memanen buah kelengkeng Tambulampoy di Kebun Widuri. Foto: Dok/Kebun Widuri

Pemasaran

Harga buah-buahan kelengkeng varietas ini cukup menggugah selera menanam warga. Nilainya yang cukup ekonomis dengan perawatan yang tak begitu ekstrem membuat banyak yang menanamnya di dalam rumah.

Misalnya salah satu varietas kelengkeng rata-rata Rp 30 ribu – Rp 40 ribu per kg. Bahkan bila sedang kondisi jarang, bisa sampai Rp 50 ribuan.

Manajemen Kebun Widuri juga membantu dalam pemasaran panen buah-buahan asal Kecamatan Bancak tersebut. Mulai dari buah-buahan itu dijual keluar, atau mendatangkan wisatawan untuk datang di Kebun Widuri Bancak.

Pengembangannya dengan menjadikan Kebun Widuri tersebut menjadi taman buah petik ditempat hingga kebun wisata edukasi.

blank
Embung dibangun untuk menampung air yang diambil dari sungai di bawah bukit kemudian untuk disiramkan ke ribuan tanaman di Kebun Widuri. Foto:Diaz Azminatul Abidin/Suarabaru.id

Tantangan dan Kolaborasi Energi

Tak mudah menggerakaan ekonomi desa meskipun konsep dan ide sudah dimulai seperti di atas. Krisis kesulitan air tentu menghantui desa ini berikut dengan ribuan tanaman buah yang dikembangkan.

Di atas lahan 3,5 hektar sewa tanah kas desa itu, Maskup Asyadi juga merasa harus membangun embung. Dengan hasil kolaborasi dengan pemerintah desa embung tersebut akhirnya dibangun.