blank

Oleh : : Siti Rosidah, S.Pd

Perkembangan zaman saat ini menuntut percepatan dan perubahan di segala sektor, termasuk sektor pendidikan. Di dalam dunia pendidikan saat ini harus memberikan kompetensi peserta didik tidak hanya secara kognitif saja. Proses pembelajaran harus mampu mendekatkan peserta didik dengan persoalan dan kenyataan secara riil dalam kehidupan. Sebab sejatinya pembelajaran bukan hanya berbicara tentang hasil yang diperoleh akan tetapi proses dimana seorang murid mampu mengatasi persoalan yang dihadapi secara mandiri maupun kelompok.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, PP Nomor 19 Tahun 2005 telah diperbarui dengan Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru memerlukan pengetahuan atau wawasan dalam menggunakan model pembelajaran, metode dan pendekatan sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, salah satu diantaranya adalah melalui problem based learning

Metode Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan salah satu metode  yang menekankan pada pembelajaran untuk memperoleh kemampuan bukan pada pembelajaran yang memperoleh pengetahuan saja. Pembelajaran berbasis masalah  adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dimana peserta didik  diberi tantangan untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran berbasis masalah ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dan kemampuan menganalisis persoalan yang ada dalam kehidupan.

Pembelajaran dengan menggunakan metode problem based learning akan menghasilkan peserta didik yang lebih siap dalam mengintegrasikan pengetahuan dan informasi baru, mengadaptasi perubahan dan sangat baik dalam melakukan kolaborasi dalam sebuah tim. Dalam sebuah laporan penelitian problem based learning mampu melatih peserta didik lebih bertanggungjawab dan mandiri serta memiliki daya lenting yang tinggi. Kemampuan inilah yang diharapkan dalam pembelajaran berbasis masalah. Karena begitu banyak persoalan yang ada dalam kehidupan nyata yang akan dihadapi oleh peserta didik.

Peran guru pada pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai fasilitator dalam penalaran dengan memberikan pertanyaan dan tidak terlalu banyak memberikan informasi. Guru juga memiliki peran sebagai mentor saat permasalahan diberikan pertama kali pada peserta didik. Jones (1996a) menekankan bahwa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai merupakan aspek yang paling penting dari Problem Based Learning. Jones lebih jauh menekankan pentingnya penilaian yang sesuai untuk performansi siswa.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) sebagai model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa kemudian siswa yang akan menalar, menganalisis dan menemukan jawaban dari setiap permasalahan itu sendiri. Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru.

Adapun tahapan langkah dalam problem based learning adalah 1). Memberikan orientasi maslaah kepada siswa, 2) mengorganisasikan siswa untuk meneliti, 3) membantu peserta didik dalam melakukan penyelidikan secara mandiri maupun kelompok,4) mengembangkan dan mempresentasikan  hasil kerja siswa, 5) mengalanalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Walaupun problem based learning dapat melatih kemampuan berpikir kritis pada peserta didik namun sebagai metode pembelajaran juga memiliki kekurangan. Dalam pembelajaran PBL memerlukan persiapan yang pembelajaran yang komplek seperti alat, problem dan konsep yang relevan. Sementara untuk mencari masalah yang relevan dengan kehidupan dengan materi yang akan diajarkan tidaklah mudah, sehingga menyebabkan sering terjadinya miss konsepsi.

Sementara menurut Aris Shoimin (2014:132) model PBL juga memilki kelemahan yaitu proses belajar mengajar tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. Serta dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Penerapan pada Pelajaran IPAS Materi Magnet

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa problem based learning tidak serta merta dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran. Mata Pelajaran IPAS merupakan mata Pelajaran yang sangat erat dengan persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang sering dijumpai oleh siswa.

Salah satu materi IPAS di fase B atau kelas IV adalah materi tetang magnet. Materi ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan riil siswa. Sehingga banyak sekali persoalan- persoalan yang berkaitan dengan magnet perlu dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Magnet bagi peserta didik merupakan benda yang tidak asing lagi dan banyak dijumpai dalam kehidupan baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Dengan menerapkan pembelajaran PBL diharapkan peserta didik mampu menjawab persoalan-persoalan serta dapat memanfatkan gejala-gejala magnet yang ada dalam kehidupan. Selain itu dengan mempelajari maateri magnet memiliki tujuan agar peserta didik memiliki pemahaman yang bermakna tentang pengaruh magnet terhadap suatu benda dan manfaatnya dalam kehidupan.

Pada pembelajaran magnet dengan menggunakan model PBL di SD Negeri 3 Nalumsari pada face B di awali dengan memberikan pertanyaan pematik untuk meningkatkan antusias dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi yang akan disampaikan, kemudian guru mengaitkan pengalaman yang dialami guru dengan materi yang akan disampaikan.

Di dalam kegiatan inti sesuai dengan sintak yang ada dalam PBL langkah yang pertama dilakukan oleh guru adalah memberikan suatu persoalan melalui tanyang video pembelajaran. Dalam pengamatan video tersebut siswa juga harus menganalisi persoalan yang disjikan sehingga peserta didik mengelurkan ide dan gagasannya untuk menjawab setiap pertanyaan yang disajikan.

Pada tahap selanjutnya guru mengordinasikan peserta didik untuk bekerja dalam kelompok serta bekerja sesuai dengan aturan dan kesepakatan guru juga memberikan bimbingan dan pendampingan dalam kegiatan kelompok. Langkah selanjutnya peserta didik melakukan percobaan tentang magnet sesuai dengan intruksi yang ada dalam lembar kerja kelompok yang dibagikan guru. Di sini guru sebagai fasilitator dan membimbing peserta didik dalam melakukan percobaan.

Peserta didik juga melakukan presentasi atas hasil kerja diskusi kelompoknya sebagai bentuk langkah ke empat dalam PBL yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Sebagai langkah terakhir dalam pembelajaran berbasis maslah adalah menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok. Dalam langkah ini siswa mampu membuat suatu kesimpulan atas diskusi serta pemberian penguatan oleh guru.

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah pada materi magnet terlihat antusiasme pada peserta didik di SD Negeri 3  Nalumsari. Paeserta didik ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Mereka merasa tertantang untuk melakukan percobaan dan menjawab semua persoalan yang diberikan. Kerjasama dalam kelompok juga berjalan dengan sangat baik untuk mencapai tujuan bersama. Rasa tanggung jawab pada penyelesaian tugas sangat terlihat jelas pada perserta didik, dan yang paling terpenting adalah kemampuan berpikir secara kritis mulai terbentuk walaupun masih dalam taraf sederhana dan tetap dalam bimbingan guru.

Penulis adalah Guru SD Negeri 3 Nalumsari