blank
Ilustrasi.

 

blank
Yan Ardian Hendi Asmara.

Oleh :
Yan Ardian Hendi Asmara.

Pemilihan umum serentak, khususnya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden semakin dekat. Meski belum pasti sebelum dideklarasikan secara resmi dan didaftarkan serta akhirnya ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun sejumlah nama telah santer beredar, bahkan berbagai hasil survei serta tim ses serta para pendukungnya telah meramaikannya di media, khususnya media sosial (medsos).

Berbagai tanggapan masyarakat pun bermunculan, baik yang memberikan dukungan atau menentangnya. Tak ayal nada saling serang pun banyak tersaji, sehingga banyak membingungkan kalangan akar rumput, kecuali bagi para pemilih tradisional serta pemilih kritis, yang tentu mereka sudah menentukan pilihan.

Karena itu, hal yang perlu direnungkan oleh masyarakat khususnya para calon pemilih adalah, bagaimana sebaiknya memahami kapasitas, kapabilitas para calon pemimpin yang kelak akan dipilihnya?, Serta apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan?

Pengalaman dan Rekam Jejak

Hal pertama yang perlu diperhitungkan sebelum menentukan pilihan setidaknya adalah pengalaman serta rekam jejak, utamanya jejak digitalnya.

Seorang calon pemimpimpin yang memiliki banyak pengalaman baik di legislatif atau pun eksekutif merupakan pertimbangan yang mudah digunakan.

Bagaimana pengalamannya saat menjadi anggota legislatif, serta utamanya jabatan eksekutif yang kinerjanya langsung mereka rasakan merupakan pertimbangan utama.

Pelaksanaan janji kampanye yang dirasakan masyarakat serta dinilai positif, biasanya akan bergaung lebih nyaring sekaligus selalu diingat masyarakat.

Demikian pula berbagai penghargaan baik di tingkat regional, nasional bahkan mungkin internasional, makin mengukuhkan dirinya terkait seberapa amanahkah? Sesuaikan dengan tagline kampanyenya sebelum dipilih?

Sebut saja salah satu Calon Presiden yang ketika berkampanye menjadi Gubernur menggunakan tagline “mboten korupsi, mboten ngapusi”, misalnya.

Konsekuensikah dia setelah terpilih dan melayani masyarakat?
Membuktikan hal itu di era kemajuan teknologi informasi tentulah sangat mudah. Jejak digitalnya tentu akan sangat mudah dilakukan, dan hal itu merupakan bukti nyata seberapa amanahkah beliau?

Asal Usul

Selain itu, asal usul Capres yang bersangkutan tentu perlu dijadikan petunjuk yang sangat penting pula. Seorang pemimpin yang berasal dari rakyat dan pernah merasakan sulit serta susahnya kehidupan, tentu akan mempengaruhi sikap serta perilakunya ketika memimpin.

Contoh konkret bagaimana Presiden kita saat ini, yang berasal dari rakyat biasa yang bahkan pernah menjadi korban penggusuran rumah orang tuanya saat itu.

Selain itu, seorang calon pemimpin yang berasal dari rakyat memiliki kemampuan emphati yang tinggi. Salah satu indikatornya dia tidak canggung ketika menyapa masyarakat, berkegiatan bareng masyarakat bahkan bila perlu menginap di rumah penduduk untuk menyerap aspirasi, serta berlaku sigap serta cepat tatkala melihat anggota masyarakatnya mengalami kesulitan serta mungkin juga perlakuan kurang adil.
Orang boleh saja mengaitkannya dengan pencitraan atau main drama karena sedang berkampanye.

Namun, bila kita cermati sebenarnya yang dilakukannya itu hanyalah berdasarkan kepekaan serta nalurinya, karena memang dia sejak kecil dekat sekaligus mengerti dan memahami kondisi riil masyarakat. Dan terkait hal itu, sebagai pejabat eksekutif segera tergerak untuk membantunya.

Karena itu, dalam memilih calon pemimpin
prinsip iklan teliti sebelum membeli sebaiknya diterapkan.
Ini perlu dilakukan, karena salah pilih itu dampaknya lima tahun ke depan.

Karena itu, kata bijak para sesepuh perlu kita pertimbangkan. Memilih calon pemimpin yang lebih kita kenal sikap serta perilakunya akan lebih baik, bila dibanding ibarat membeli kucing dalam karung.

Yan Ardian Hendi Asmara