Setelah melewati perkampungan dan lahan perkebunan warga, kita masukkawasan dengan membayar tanda masuk seharga Rp 10 ribu/orang dan parkir mobil Rp 10 ribu, motor Rp 5.000.

Kita langsung menuju sampai ke ujung, dan di sanalah Camp Mawar. Apabila kita memang sudah memesan sebelumnya, sesampai lokasi, tenda sudah terpasang.

blank
Tikar digelar di depan tenda, lalu menikmati malam dengan berbagai acara. Foto: Widiyartono R,

Kita tinggal masuk saja. Satu tenda bisa untuk dua sampai empat orang. Tendanya juga sudah antiair, artinya bila hujan, air tidak masuk karena lantai dan tendanya sudah satu kesatuan.

Sebagaimana umumnya orang berkemah, pada malam haru juga biasa dilakukan kegiatan, termasuk di antaranya penyalaan api unggun. Keberadaan api unggun bukan hanya sekara untuk memeriahkan suasana, tetapi juga bisa membantu menghangatkan tubuh.

Kita juga bisa bakar jagung atau ubi di api unggun tersebut. Makan juga bisa bareng-bareng, dengan menggelar tikar di depan tenda. Karena ada liran listrik di lokasi camping, kita pun bisa memasang lampu yang bisa menerangi kegiatan malam itu.

Kita bisa diskusi, pentas budaya seperti baca puisi, gelaran music, dan sebagainya. Misalnya seperti yang dilakukan Komunitas Waroeng Keroncong Semarang Ketika berkemah di sini.

Karena yang hadir para seniman keroncong, maka malam itu diisi dengan pentas music keroncong dengan menampilkan para penyanyi. Kemudian, yang berkemah di lokasi tersebut pada saat yang sama, bisa juga bergabung turut menyanyi dari menari.

Berkemah, bisa mengenangkan kembali masa-masa kita sekolah, tetapi juga bisa merasakan bagaimana kembali ke alam. Tetapi yang pasti, cara berkemahnya sudah lebih nyaman, gampang, tidak repot, bahkan boleh dibilang penuh kemanjaan.

Widiyartono R.