SEMARANG (SUARABARU.ID)– Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang berlokasi di Jalan Gajah, Kota Semarang, akan segera ditata ulang. Penataan di area seluas 10 hektar ini, tetap akan mempertahankan estetika lingkungan, konservasi dan latar filosofis yang selama ini menjadi karakter MAJT.
Menurut Ketua Pelaksana Pengelola (PP) MAJT, Prof Dr KH Noor Achmad MA, didampingi Sekertaris Drs KH Muhyiddin MAg, dalam keterangannya kepada awak media tengah pekan lalu menyebutkan, rencana menata ulang kawasan ini didasarkan hasil rapat pleno pengurus, pada Selasa (13/6/2023).
Dalam rapat pleno yang dihadiri Penasihat MAJT Drs KH Ali Mufiz MPA itu memutuskan, misi penataan ulang sebagai upaya rebranding MAJT. Selain itu, untuk memberi penyegaran dan kenyamanan masyarakat luas, termasuk para wisatawan.
BACA JUGA: Master Kalender 2024 Hampir Selesai, LFNU Jepara Fokus ke Pelatihan Kader Falak
Pembenahan kawasan MAJT, lanjut Prof Noor Achmad, sebagai sesuatu yang penting dan tidak dapat ditunda. Hal ini mengingat MAJT yang diresmikan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2006, sarat dengan situs penting dan bersejarah.
Penataan ulang diarahkan terhadap situs-situs sudah tidak rapi. Misalnya kawasan hijau, yang selama ini ditanami puluhan pohon trembesi, akan diganti dengan tanaman sejenis tapi berbiji, yang akarnya tidak merusak bangunan.
”Trembesi yang rimbun, kelemahannya merusak pondasi dan bangunan. Pohon ini juga kurang diminati burung, sehingga diputuskan untuk diganti,” jelas Noor Achmad, yang juga Ketua Baznas RI.
BACA JUGA: Salurkan Cadangan Pangan Pemerintah, Wali Kota Magelang Pesan: Agar Warga ‘Loman Sepodo-podo’
Jenis pohon sebagai pengganti memang belum ditetapkan. Namun prinsipnya, sesuai latar filosofisnya, harus berfungsi sebagai tanaman pelindung, ditambah ramah dengan kicauan burung.
PP MAJT juga akan mendesain kawasan Manasik Haji, agar lebih rapi lagi. Kawasan ini harus rindang dan nyaman, sebagai aktivitas latihan manasik haji untuk masyarakat.
Sekretaris PP MAJT, Kiai Muhyiddin, menambahkan, MAJT kini mulai ditumbuhi ratusan pohon kurma, bahkan sejumlah pohon sudah berbuah lebih cepat dari biasanya. Pohon kurma ini juga akan diperbanyak lagi, agar semakin menjadi daya tarik wisatawan.
”Prinsipnya, semua situs harus terkelola secara profesional, untuk kenyamanan wisatawan, termasuk mengaktifkan kembali payung raksasa, yang saat ini belum bisa digerakkan. Sebelum akhir tahun ini, penataan ulang harus sudah rampung,” pinta Prof Noor Achmad.
Riyan