blank
Ilustrasi. Rek: wied

JC Tukiman Tarunasayogablank

ENTHAKARA ini lanjutan atas tulisan urik minggu lalu, yakni di antara cara urik lan urik-urikan, orang dapat melakukan enthakara atas apa pun atau atas siapa pun. Karena itu hendaklah semua pihak sangat berhati-hati.

Mengapa semua pihak harus berhati-hati? Salah satu jawabannya, ialah dengan tujuan (harus) menang, mungkin saja kondisi dan situasi dibuat sedemikian rupa. Demikian pun bagi mereka yang hati kecilnya bertujuan untuk “kalah,” sangat mungkin juga ngentha-entha kondisi dan situasi sedemikian rupa, sehingga ………….. titik….titik.

Bacalah entha seperti Anda  memanggil teman yang bernama Indra, Eka; atau sedang melafalkan nama mendiang Presiden Soekarna. Dan ada tiga makna atas kata entha ini, yakni (a) mindha-mindha kaya ………. berlaku atau  seolah-olah seperti; (b) digawe kaya, diwangun niru kaya ……….. dibuat atau didandani mirip seseorang atau sesuatu; dan (c) dinam-anam (tumrap niat utawa rancangan), yakni dipikir-pikirkan atau dirajut, serta dirancang sedemikian rupa.

Mengapa (bahaya?)

Itulah enthakara, yaitu proses seseorang berpikir (dan kelak mungkin akan melaksanakannya) serta merancang sesuatu yang nuansanya itu sebenarnya serba seolah-olah. Bayangkan, seseorang merancang seolah-olah di negeri ini akan terjadi chaos karena adanya pemilu. Dia mungkin akan mulai lewat menebar isu di mana-mana, lalu membentuk kelompok atau barisan, bahkan mendirikan markas misalnya.

Baca juga Urik

Setelah isu chaos disebar, lalu mulai ada aksi-aksi kecil sebagai test the water. Kalau pre-test-nya berhasil, lalu diperbesar skalanya, dan seterusnya, dan seterusnya. Ini semua berarti menyiptakan proses seolah-olah aka nada huru-hara besar. Bahaya kan enthakara seperti itu?

Kecuali ngenthakara seolah-olah akan terjadi chaos, sangat bisa terjadi akan  ada orang atau bahkan pihak yang merasa selalu menjadi atau dijadikan korban oleh pihak lain. Dengan berbagai ungkapan sedih bahkan menyedihkan pihak lain, ngenthakara dirinya sebagai korban dapat berkembang lebih lebay karena “hal ini dilakukan oleh penguasa,” misalnya.

Seolah-olah

Bernalar serba “seolah-olah” memang sangat menggoda terutama bagi mereka yang “daging kuat, tetapi roh lemah;” atau dengan ungkapan lain maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Bernalar “seolah-olah” rasanya sama dengan melukiskan orang yang selalu berfikir “seandainya……” dan dalam konteks pemilu misalnya, orang yang dewasa ini berfikir “seandainya” amatlah banyak.

Belum juga juga jadi caleg-jadi, sangat mungkin sudah tergoda untuk bergaya seolah-olah sudah duduk sebagai anggota legislatif. Belum juga tertera resmi sebagai cawapres, kemana-mana sudah obral janji “kelak kalau aku wapres di negeri ini, saya akan ……bla-bla..bla.” Dan kalau di mana-mana orang seperti ini tidak “dihormati” atau difasilitasi seperti layaknya cawapres, dia merasa dijadikan korban.

Baca juga Kapan Towang, Euy?

Urik lan urik-urikan ada bahayanya, apalagi ngenthakara seperti yang dilukiskan di atas; wah alangkah berbahayanya. Dan bahaya seperti itu, sekali lagi, bukannya tidak mungkin (akan) terjadi karena orang terbuai dengan “pasti akan menang.”  Benarkah akan menang? Itu baru akan terbuktikan pada hasil pemilu 14 Februari 2024 nanti.  Justru di saat-saat menjuju ke 14 Februari 2024 inilah bahaya urik lan urik-urikan serta ngenthakara merekah (subur).

Sebagai warga masyarakat, marilah berlaku semakin kritis dan teliti cermat melihat sosok-sosok serba urik penuh ngenthakara sepert itu. Caranya? Jangan mudah terbujuk rayu oleh siapa pun dan apa pun apalagi kalau sumbernya tidak jelas dapat mempertanggungjawabkan. Juga, kalau ada berita apa pun hendaknya tidak langsung percaya, jangan pula langsung share ke orang lain.

Sebaiknya lakukan check dan recheck secara memadai, sebab bagaikan kapas yang sudah telanjur diterbangkan angin, serpihan-serpihan itu akan terbawa angin kemana pun arahnya. Demikian juga jika Anda hanya asal share saja berita atau konten yang tidak benar, meskipun itu lucu sekali pun. Jangan! Ingat kapas dan serpihan-serpihan yang kabur kanginan ke mana-mana itu. Jadilah pemilih CERDAS, Lurrr !!

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University