blank
Sururi, Petani Mangrove memberikan penjelasan tentang proses pembibitan mangrove dan jenis-jenis tanaman mangrove di lokasi lahan mangrove kecamatan Tugu, Kota Semarang, Kamis (24/11/2022). Foto Dok Absa

SEMARANG (SUARABARU.ID) Diakui oleh petani mangrove yang ada di Kecamatan Tugu, Kota Semarang, sejak mengenal mengenal Bina Lingkungan Djarum Foundation (BLDF), peningkatan ekonomi dalam pengelolaan magrove, semakin meningkat.

Hal itu disampaikan oleh Sururi, warga RW 6 Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, banyak manfaat yang diperolehnya. Salah satunya adalah dengan rutin BLDF membeli bibit mangrove yang dibudidayakannya sehingga dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya dan dapat menguliahkan anak-anaknya.

“Ya saya akui, sejak mengenal Djarum Foundation (BLDF) lumayan, tiap bulan rutin bisa menjual paling sedikit 5000 bibit (ke BLDF) dan paling banyak 15000 bibit, tiap bibit Rp 2000. Sebelumnya, paling satu bulan hanya bisa kirim 2000 bibit,” jelas Sururi di rumahnya di Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

BACA JUGA :  Pemanfaatan Limbah Mangrove untuk Peningkatan Ekonomi Warga Mangkang Wetan Semarang

Siap Darling Program BLDF sebagai Tindakan Nyata Pengendalian Perubahan Iklim

Sebelum kenal dengan BLDF, lanjutnya, penjualan bibit mangrove hanya menggantungkan kepedulian dari pemerintah saja, belum ada yang bisa diandalkan dan pendapatanpun tidak seperti sekarang.

BACA JUGA :  Sambut Peringatan HMPI Djarum Foundation Gelar Dialog dan Kunjungan ke Pusat Pembibitan Tanaman

Disampaikan pula oleh Sururi, bekerja sama dengan BLDF sudah dijalankan sejak tahun 2007 lalu, dengan pendapatan yang lumayan dan bisa untuk kehidupan keluarganya. Sedang untuk pengiriman bibit mangrove paling jauh ke Probolinggo, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang diakuinya sudah terjalin kerjasama sejak 7 tahun lalu.

“Saya biasa kirim bibit ke (Kabupaten) Batang, Rembang, Jepara dan terakhir kemarin kirim ke Parang Tritis (DIY). Tapi sejak pandemi Covid-19, hanya dibeli oleh BLDF, alhamdulilah tiap bulan rutin bisa 5000 bibit,” ungkapnya.

Diceritakan pula olehnya, bahwa dulu dirinya belajar proses pembibitan mangrove itu dari Bali, sehingga bisa mengerti jenis-jenis bibit bagus yang bisa dikembangkan, walaupun sebenarnya tanaman mangrove sudah ada sejak dulu di wilayahnya, sejak dirinya belum lahir, namun sejak tahun 1995 baru mulai mengembangkan mangrove. Sebab tambak, sebagai mata pencaharian sebelumnya, sudah terkena abrasi dan tidak bisa diolah lagi, sedang kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya tetap harus dipenuhi.

 

Absa