blank
Abdurrachman Aldila, Program Associate BLDF memandu kunjungan dan melakukan presentasi kepada pegiat lingkungan dan media ke Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF di Kudus, Rabu (23/11/2022). Foto : Absa

KUDUS (SUARABARU.ID) Menyambut peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), yang jatuh pada 28 November mendatang, Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) mengadakan kegiatan kunjungan, dialog dan lokakarya bersama pegiat lingkungan dan media ke Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF di Kudus, Rabu (23/11/2022).

Kegiatan ini berfokus pada proses perawatan dan pemilihan beragam jenis bibit tanaman serta praktik penanaman pohon itu, sebagai bentuk aksi nyata dalam upaya pengendalian iklim.

“Setiap tahunnya, BLDF melalui program Djarum Trees for Life (DTFL) telah konsisten melakukankegiatan pelestarian lingkungan, melalui penanaman pohon dan mangrove bersama masyarakat,utamanya generasi muda. Rata-rata, setiap tahunnya DTFL menanam 60.000 aneka ragam bibit tanaman di berbagai lokasi di Indonesia. Bibit-bibit tanaman ini diproses dan disemai di PPT, yang hingga hari ini, kami sudah mengoleksi 360 jenis bibit tanaman, termasuk diantaranya 22 jenis tanaman langka,” ujar Vice President Director Djarum Foundation F.X. Supanji.

BACA JUGA :  Siap Darling Program BLDF sebagai Tindakan Nyata Pengendalian Perubahan Iklim

Bibit-bibit tanaman yang disemai di PPT milik BLDF ini, lanjutnya, juga dapat diakses oleh masyarakat dan secara rutin, BLDF membagikan bibit gratis ke masyarakat, yang mana hal ini sejalan dengan program pembagian bibit yang juga digalakkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Untuk memastikan bibit yang disemai dapat tumbuh dengan baik serta mengembangkan teknik perawatan tanaman dengan hasil paling efektif, PPT Kudus bekerja sama dengan peneliti dan akademisi.

Sebagai pembicara dialog serta lokakarya dan turut hadir dalam kunjungan ke PPT BLDF, ini adalah Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIKI) serta Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Dr Ir Mahawan Karuniasa.

“Pemahaman masyarakat mengenai jenis-jenis pohon yang dapat menyerap banyak emisi dan sesuai kondisi ekosistem setempat, seperti mangrove dan trembesi, harus tetap disebarluaskan, sehingga tidak hanya banyaknya aksi penanaman pohon saja yang diperlukan, tetapi memahami bibit berkualitas dan proses pemeliharaannya juga merupakan hal yang penting, dalam upaya penanganan dampak perubahan iklim,” ujar Karuniasa.

Executive Coach & Mentor for Climate & Sustainability Actions Amanda Katili Niode juga menyampaikan, pentingnya keterlibatan aktif generasi muda dalam berbagai upaya mengkampanyekan percepatan penanggulangan perubahan iklim, utamanya dengan berjejaring bersama komunitas pegiat aksi perubahan iklim lainnya. Salah satunya seperti program Youth Leadership Camp for Climate Crisis (YLCCC), yang telah dilakukan sejak 2011 lalu.

“Kini, sudah lebih dari 2500 alumni YLCC yang terus berupaya dalam membangun jaringan generasi muda Indonesia, yang peduli dengan memberikan solusi nyata dalam penanggulangan krisis iklim,” paparnya.

blank
Praktik penanaman pohon itu, sebagai bentuk aksi nyata dalam upaya pengendalian iklim yang dilakukan sejumlah awak media di di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF di Kudus, Rabu (23/11/2022). Foto : Absa

Selain berkunjung ke PPT, BLDF nantinya juga mengajak rombongan untuk mengunjungi Desa Mangkang, Kota Semarang, yang menjadi salah satu desa percontohan penanaman mangrove, yang dibina oleh BLDF sejak 2008 silam.

Pada kesempatan itu, rombongan akan disambut oleh Sururi, petani binaan BLDF yang menginisiasi rehabilitasi ekosistem mangrove di garis pantai Desa Mangkang seluas hampir 80 hektar, dengan 27 jenis mangrove. Tidak hanya berdampak ekologis, pelestarian kawasan pesisir dengan penanaman mangrove yang dilakukan Sururi, juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar, yaitu dengan memanfaatkan buah mangrove sebagai pewarna untuk usaha batik, bahan pengolahan makanan dan sirup.

BLDF senantiasa berkomitmen menggandeng lebih banyak pihak, termasuk melibatkan generasimuda untuk menyebarluaskan semangat cinta lingkungan dari mulai cara yang paling sederhana, yaitu menanam pohon serta merawatnya. Dalam rangkaian kegiatan Presidensi G20 yang baru saja selesai dilaksanakan, Presiden Joko Widodo pun menggandeng pemimpin-pemimpin negara lain, untuk ikut menanam pohon sebagai bentuk upaya konkret dalam upaya bersama terkait perubahan iklim.

Siap Darling

Siap Darling (Sadar Lingkungan), merupakan satu program yang diinisiasi oleh Bina Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) sejak November 2018 lalu, sebagai tindakan yang nyata dalam upaya untuk pengendalian perubahan iklim di Indonesia, yang dijalankan sejak tahun 1979 silam melalui DTFL dan sudah menanam lebih dari 2 juta pohon yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

“DTFL juga telah berhasil menghijaukan jalur Pantai Utara Jawa (Pantura), Madura, Lombok, dan Medan sepanjang 2817 KM dengan potensi penyerapan CO2 sebesar 28,5 ton/tahun/pohon. Selain trembesi, DTFL juga telah menanam lebih dari 1,000,000 bibit Mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah, untuk mengembalikan ekosistem pantai dan muara serta mencegah abrasi, dan lebih dari 149.000 bibit ditanam di lereng Gunung Muria untuk mengembalikan kawasan Muria sebagai daerah tangkapan air,” ungkap, Abdurrachman Aldila Program Associate BLDF.

Gerakan Siap Darling itu sendiri, imbuhnya, menyasar generasi muda untuk menyebarkan konten-konten positif tentang kegiatan mencintai lingkungan dan bumi. Tak hanya menjadi generasi yang sekedar peduli terhadap lingkungan, tetapi juga melakukan aksi nyata. Dengan slogan “Cintai Lingkungan Kita Dengan Cara yang Kita Cintai”.

“Siap Darling berharap, bahwa generasi muda akan terlibat dan turut menjaga kelestarian alam dengan cara masing-masing,” pungkas Aldi, sapaan akrabnya.

 

Absa