blank
Suasana pertemuan tim dari Untag dengan anak-anak jalanan. Rektor Suparno didampingi Indra Kertati (kanan) dan Rini Werdiningsih (kiri), menyampaikan pesan dan harapannya. Foto: hm

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Prof Dr Suparno MSi, ikut mengajar anak-anak jalanan, bersama beberapa mahasiswa FISIP. Apa yang dilakukan rektor pada Sabtu (12/11/2022) itu, merupakan bagian dari kegiatan universitas, dalam upaya Pengabdian Kepada Masyarat (PKM), selama dua bulan.

Anak-anak jalanan itu diajak belajar bersama, bukan hanya pelajaran sekolah namun juga belajar tentang cinta Tanah Air, solidaritas, dan cara-cara menggapai cita-cita.

Pembelajaran dilakukan pada 20 anak-anak di Gunung Brintik, Kelurahan Randusari, didampingi Dr Indra Kertati MSi dan para mahasiswa FISIP Untag, bekerja sama dengan Yayasan Anantaka, yang konsen dengan permasalahan anak. Dalam kesempatan itu, rektor juga membagikan bingkisan kepada anak-anak jalanan berupa paket belajar.

BACA JUGA: USM Juara Beregu Kejuaraan Bulu Tangkis UGM Cup 2022

Dikatakan Prof Soeparno, anak-anak memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Dia pun percaya, mereka memiliki kekuatan untuk maju dan berkembang.

”Anak-anak harus terus belajar dan bersekolah setinggi-tingginya. Sekolah tinggi akan memperbaiki kehidupan dan masa depan,” kata rektor, yang berjanji akan membuka diri bagi anak-anak jalanan kuliah gratis di Untag Semarang.

Dalam acara itu juga dilakukan pengobatan gratis bekerja sama dengan dokter dari Unissula, yang digawangi dr Fadhli Rizal Makarim. Selain rektor, hadir pula Dekan FISIP, Dr Rini Werdiningsih MSi.

blank
Rektor Suparno, menyerahkan paket belajar kepada dua anak jalanan, yang mewakili teman-temannya. Foto: hm

BACA JUGA: Pelajar SLTA dan Karyawan Diminta Berikan Hak Suaranya dalam Pilpet

Menurut Indra Kertati, penanganan anak jalanan di Kota Semarang tidaklah mudah. Walaupun landasan hukum yang menaungi ada, namun pelaksanaannya tidak sederhana.

”Lingkaran anak jalanan terlampau banyak untuk dikuak satu demi satu. Secara sosial, anak jalanan bertautan dengan berbagai komponen sosial, seperti orang tua, Dinas Sosial, polisi, LSM pendamping, lingkungan rumah singgah, koordinator dan teman sebaya, yang bukan hanya anak-anak namun juga orang dewasa,” kata Indra.

Ditambahkan dia, Kota Semarang sebagaimana kota-kota besar lainnya, terus bersinggungan dengan anak jalanan, yang jumlahnya terus meningkat tajam. Tahun 2015 jumlah anak jalanan di Kota Semarang 55 anak, pada 2016 menjadi 192 anak, dan naik drastis pada 2019 sebanyak 383 anak.

Jumlah yang semakin banyak dengan persebaran meluas, menjadi tidak mudah untuk ditangani. Pemerintah daerah dengan segala upaya, telah melakukan pemberdayaan, namun besarnya jumlah anak jalanan dan persebarannya yang luas, mengakibatkan daya jangkaunya menjadi terbatas.

Humaini