KOMITMEN Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam pemulihan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan, terus didorong progresif melalui pendekatan program yang berkelanjutan dan berdampak positif terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra Tahun 2021, yang diterima Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Juli 2022 lalu, menunjukan, Ganjar beserta jajarannya, hadir dan peduli dalam menyelesaikan masalah lingkungan hidup di wilayahnya.
Dukungan Ganjar terhadap upaya pelestarian lingkungan dan ekosistemnya, sudah lama dilakukan. Misalnya, dalam upaya merawat keanekaragaman hayati, Gubernur sejak awal sudah sangat aktif mendorong gerakan penanaman pohon, yang melibatkan para pemangku kepentingan di seluruh Jateng.
BACA JUGA: Indonesia Gempar! Ilmuwan temukan 4 tanaman penghasil emas, siapa tahu tumbuh di sekitar rumah
Di antaranya, melakukan penanaman pohon, sebagai upaya melindungi mata air di Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman, Magelang awal 2021. Selanjutnya, memimpin penanaman 1.000 pohon di lahan kritis Desa Majalengka, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara pada Juli 2022, dan menginisiasi penanaman 1.000 pohon di lahan kritis Bukit Serut, Desa Singonegoro, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, pada Oktober 2022 lalu.
Ganjar juga mengapresiasi seluruh pihak, termasuk para aktivis lingkungan yang telah membantu pemerintah dalam merawat lingkungan, dengan menciptakan beragam inovasi, seperti Kongres Sungai, Kongres Sampah, Susur Sungai, Bersih Gunung dan menjaga keanekaragaman hayati.
Salah satu aktivis lingkungan yang getol membantu pemerintah yaitu, Ketua Yayasan Sungai Lestari Indonesia (Yusri) Klaten, Danang Heri Subyantoro Amd, yang menggantikan posisi almarhum Arif Fuad Hidayah (pejuang lingkungan yang memelopori berdirinya Sekolah Sungai dan Srikandi Sungai).
Bersama yayasan yang diprakarsai Ganjar dan melibatkan akademisi UGM, Prof Dr Suratman MSc dan Drs H Jaka Salwadi MM, secara masif menginisiasi gerakan peduli sungai dan pengelolaan sampah, lewat Tempat Pengolahan Sampah (TPS-3R).
”Bersama Ikatan Pemulung Indonesia, kami saat ini concern dengan pengolahan sampah, agar menghasilkan nilai ekonomis. Selain itu, menggandeng Unwida, mengadakan penanaman pohon di bantaran Sungai Jurangjero,” kata anggota Dewan Sampah Jateng ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, Widi Hartanto ST MT menegaskan, banyak kebijakan dan inovasi dari gubernur, menginspirasi warga dan aktivis lingkungan, untuk bergandengan tangan merawat lingkungan.
BACA JUGA: Anugerah Sastra Gaperto untuk Chris Papajaya dan Nurani Metawati, Penghargaan untuk Kesetiaan
”Inovasi-inovasi dari Pemprov Jateng terus bermunculan, dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup dan kehutanan di bumi, demi generasi mendatang,” kata Widi ,dalam keterangannya, Sabtu (5/11/2022).
Menurut dia, Pemprov memiliki sejumlah program unggulan, untuk mengelola empat isu utama lingkungan, yaitu sampah, bencana, pencemaran lingkungan, dan kerusakan lingkungan.
Pemprov Jateng juga memiliki inovasi ‘Jateng Gayeng Telung Ng’, yaitu Ngelongi, Nganggo dan Ngolah (Mengurangi, Menggunakan, Mendaur Ulang), Desa Mandiri Sampah, dan Gerakan Desa Peduli Daerah Aliran Sungai (DAS), yang bertujuan menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat.
BACA JUGA: Ganjar Gowes Solo-Magelang di Tour de Borobudur 2022
Penerapan ‘Telung Ng’ ini, sebagai upaya merealisasi hasil Maklumat Kongres Sampah Tahun 2019, di Kabupaten Semarang. Bahwa intinya, gerakan mengatasi sampah dimulai dari unit terkecil, yaitu rumah tangga dan RT/RW.
Upaya lainnya mengatasi sampah, juga melalui Desa Mandiri Sampah. Salah satunya di Desa Bugisan, Klaten, di mana Bank Sampah bertransformasi menjadi tempat pengolahan sampah TPS-3R. Upaya keren lain yaitu, pendekatan teknologi Refused Derived Fuel (RDF), di Desa Tritih, Cilacap, yang mengolah sampah menjadi energi baru terbarukan.
Salah satu ikhtiar strategis Pemprov untuk menghindari kerusakan lingkungan adalah, melakukan Patroli Sungai Bengawan Solo. Ekspedisi ini bertujuan untuk mengontrol kondisi fisik aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. Penyusuran sungai dilakukan, guna mengetahui mulai dari debit air, hingga mengecek apakah ada pencemaran limbah atau tidak.
BACA JUGA: Gaperto Kembali Gelar Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional, Ini Daftar Juaranya
Terkait perusahaan atau pabrik, bahkan industri kecil yang masih bandel mencemari sungai dengan limbahnya, Pemprov melakukan pembinaan dan sosialisasi. Pelanggaran yang umum terjadi adalah, tidak adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang dimiliki pabrik atau industri kecil.
”Kami intens membina. Sanksi pertama adalah teguran dan pembinaan. Jika masih melanggar, tentu ada penegakkan hukum berupa sanksi administratif. Sudah ada sanksi administratif yang juga telah kami berikan,” pungkasnya.
Tim SB