blank
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, belum lama ini menggelar sarasehan bertema 'Quo Vadis Prasidatama', di Hotel Meotel, Purwokerto. Foto: bbpjt

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT), menggelar sarasehan bertema ‘Quo Vadis Prasidatama’, di Hotel Meotel, Purwokerto, akhir pekan lalu.

Acara yang digelar usai Penganugerahan Penghargaan Prasidatama 2022 itu, untuk mendiskusikan arah Penghargaan Prasidatama pada masa mendatang, agar dapat menumbuhkan sastrawan-sastrawan baru di Jateng.

Kepala BBPJT, Dr Ganjar Harimansyah, menyatakan, penerima Penghargaan Prasidatama kategori hotel pengguna bahasa Indonesia terbaik, belum dapat ditentukan. Alasannya, adanya kepentingan komersial, yang mengakibatkan hotel belum mampu mengutamakan bahasa Indonesia secara maksimal.

BACA JUGA: Kiai Musyaffa Dikenal dengan Sosok Kiai yang Tekun, Pemurah dan Sabar

”Adapun terkait dengan regenerasi sastrawan di Jateng, Balai Bahasa bekerja sama dengan Asfil Jateng, sudah melaksanakan kegiatan bengkel literasi, bagi generasi muda di delapan kabupaten/kota di Jateng,” ujar Ganjar, di sela acara.

Dia juga menyampaikan, Prasidatama akan dilaksanakan lagi pada tahun depan, meskipun adanya keterbatasan. Hanya beberapa Balai Bahasa yang masih memberikan penghargaan kepada tokoh, instansi, dan karya terbaik.

”Dengan adanya kendala-kendala dan keterbatasan, kami akan terus berusaha agar Penghargaan Prasidatama tetap bisa diselenggarakan,” ungkapnya.

BACA JUGA: Bawaslu Kabupaten Magelang Gelar Sosialisasi Pengawasan Partisipatif

Sementara itu, dalam sarasehan yang dipandu Abdul Wachid BS MHum, dosen Universitas Islam Negeri Prof KH Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) itu, mampu mamantik diskusi yang menarik, mengenai perkembangan kebahasaan dan kesastraan, terutama di Jateng.

Kepala sekolah MAN 1 Grobogan, Suprapto, menyebutkan, nomine SMA/SMK/MA pengguna bahasa Indonesia terbaik yang diterima sekolahnya, menjadi motivasi untuk lebih baik lagi dalam penggunaan bahasa di ruang publik, dan dokumen sekolahnya.

”Kami berharap, bentuk-bentuk sosialisasi perlu dilakukan dari atas ke bawah, agar kami lebih memahami kaidah-kaidah kebahasaan. Kami akan mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku,” jelas Suprapto.

BACA JUGA: DPRD Jateng Dukung Pemanfaatan PLTS untuk Membantu Atasi Kekeringan

Sedangkan Gepeng Nugroho, nomine kategori naskah drama terbaik, mengungkapkan, alangkah lebih baiknya, jika bisa dilaksanakan pameran bahasa dan sastra.

Dalam kegiatan itu, bisa berisi pertunjukan, pameran buku, pemutaran film, dan lain-lain, yang terlebih dahulu sudah dikurasi. ”Hal itu bisa menjadi stimulan bagi rekan-rekan komunitas literasi,” pintanya.

Juri kategori novel, Bandung Mawardi, menambahkan, penggunaan bahasa dalam rambu-rambu hotel, perlu didokumentasikan menjadi sebuah buku, yang kemudian divalidasi pihak-pihak terkait. Hal itu bisa menjadi contoh untuk hotel-hotel lain.

”Dokumentasi sangat penting, sebagai bentuk pelindungan bahasa, sehingga bisa seperti arsip buku pelajaran Bahasa Indonesia, dan kliping pemenang sayembara,” tukas Bandung.

Riyan