blank
Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo Dr H Z Sukawi MA saat membuka pelatihan TPK. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Universitas Sains Al Quran (Unsiq) Jawa Tengah di Wonosobo ikut aktif dalam membantu Pemkab Wonosobo untuk melakukan percepatan pencegahan kasus stunting (gizi buruk) yang terjadi di masyarakat.

Keterlibatan perguruan tinggi berbasis pesantren itu diwujudkan melalui program gotong royong cegah stunting (Gong Ceting). Diharapkan melalui gerakan Gong Ceting angka kasus stunting di Wonosobo di masa mendatang terus menurun.

Program tersebut merupakan kerjasama dengan Universitas Alma Ata Yogyakarta, Dinas PPKBPPPA, Dinas Kesehatan dan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo.

Program Gong Ceting Undiq diawali dengan kegiatan “Pelatihan Peningkatan Tim Pendamping Keluarga (TPK) melalui Pendataan dan Identifikasi Resiko Stunting di Kabupaten Wonosobo” di Dewani View Binangun Wringinanom Kertek, Selasa (25/10/2022).

Rektor Unsiq Dr Z Sukawi MA mengatakan anak merupakan generasi masa depan. Karena itu, tumbuh kembang anak harus menjadi perhatian orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kasus stunting tidak boleh terjadi lagi guna melahirkan generasi yang sehat, kuat dan cerdas.

“Dalam surat An-Nisa Ayat 9, ditegaskan, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya,” jelas dia.

Gong Ceting

blank
Kader kesehatan saat mengikuti pelatihan TPK di Dewani View Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

Kepala LP3M Unsiq Dr Ahmad Khoiri, MPd menambahkan tim Gong Ceting terdiri dari unsur Rektorat Unsiq, Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) dan unsur Fakultas lain di Unsiq Jateng di Wonosobo.

“Program Gong Ceting diawali dengan pelatihan TPK dan indentifikasi resiko sunting yang diikuti 90 peserta. Mereka terdiri dari kader TP PKK, bidan desa dan kader kesehatan di 10 desa lokus stunting binaan Unsiq. Program tersebut akan diikuti 20 kegiatan lainnya,” ucap dia.

Menurut Khoiri, di tiap desa ada personil TPK yang melakukan pendataan kasus stunting. Melalui data yang didapat mereka akan melakukan pendampingan agar masyarakat sadar gizi dan kesehatan. Sehingga kasus stunting tidak terjadi lagi di desa tersebut.

“Sumber ilmu yang mengajarkan tentang gizi seimbang itu datangnya dari kampus. Maka keterlibatan jajaran Unsiq dalam penanganan stunting sangat penting untuk memberikan langsung penerapan ilmunya di masyarakat,” papar Khoiri.

Diharapkan melalui program Gong Ceting, akan didapatkan data valid terkait kasus stunting yang terjadi di beberapa desa di Wonosobo. Melalui data tersebut bisa dilakukan langkah yang tepat guna mencegah terjadinya kasus gizi buruk yang terjadi di masyarakat.

Muharno Zarka