WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Selain sebagai daerah kunjungan wisata karena keindahan alam, seni dan budayanya, ternyata Wonosobo juga dikenal sebagai kota santri yang sarat dengan nilai religi.
Ditandai dengan banyaknya pondok pesantren dan ulama besar di Wonosobo. Potensi luar biasa ini perlu dikelola sedemikian rupa menjadi potensi wisata yang menjanjikan.
“Sehingga perlu dieksplor lebih luas lagi menjadi golden opportunity ekosistem wisata religi,” tutur Kepala Kantor Kementerian Agama Wonosobo H Ahmad Farid usai Memorandum of Understanding (MoU) dengan Disparbud dan Dinas Arpusda Kamis, (01/09/2022) di Ruang Rapat Pendopo Bupati.
Menurut Farid, pengembangan wisata religi sejalan dengan program pemerintah kabupaten, yaitu menjadikan Wonosobo sebagai kota tujuan wisata.
Dengan demikian bukti peninggalan sejarah yang terbengkalai akan dilakukan pengkajian kembali oleh Dinas Arpusda. Selanjutnya akan digitalisasi agar kemanfaatannya dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Bukti peninggalan sejarah yang terbengkalai akan dilakukan pengkajian kembali oleh Dinas Arpusda melalui digitalisasi agar kemanfaatannya dapat dirasakan oleh masyarakat dan terus dikembangkan oleh generasi masa kini,” katanya.
Selain itu, perlunya sinergitas antar lembaga terkait agar pengembangan wisata religi bisa terkelola secara optimal dan berkesinambungan.
Ekonomi Kreatif
MoU yang juga dihadiri Wakil Bupati M Albar, dalam arahannya Bupati Afif Nurhidayat menyampaikan, potensi wisata sangat luar biasa, maka Pemkab akan terus bebenah dan memperbaiki semua sarana dan prasarana pendukung secara maksimal.
“Mengingat potensi wisata di Wonosobo sangatlah besar, maka Pemkab akan secara maksimal mengembangkan dan mengelolanya, salahsatunya dengan memperbaiki fasilitas yang ada,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disparbud Wonosobo Agus Wibowo mengatakan, sebagai langkah tindak lanjut konkret, pihaknya akan melakukan pengembangan wisata di Dusun Gedongan, Tegalgot, Sapuran.
Pasalnya di daerah tersebut terdapat situs makam sesepuh atau tokoh besar yang berpotensi menjadi desa wisata religi percontohan.
Dikatakan Agus, secara bertahap akan dibuat road map selama kurang lebih 5 tahun mulai dari penggalian sejarah secara utuh, tradisinya, sampai atraksi budaya.
Untuk itu, 17 sub sektor pengembangan ekonomi kreatif lokal juga akan digerakkan, agar masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung. Dengan prioritas utama, menaikkan status desa menjadi desa rintisan supaya berkembang, maju, dan mandiri.
Sebagai agen penggerak, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) juga didorong mampu mewujudkan 7 Sapta Pesona agar wisatawan memiliki keinginan untuk kembali lagi, serta aspek accessibility dan amenity yang lengkap.
“Pokdarwis didorong untuk menciptakan Sapta Pesona agar wisatawan kembali lagi. Pengembangan wisata religi juga menjadi pelengkap untuk wisatawan yang berkunjung dengan ciptakan trip wisata religi yang banyak dan menarik,” tandasnya.
Muharno Zarka