MASIH terlintas dalam benak Muhamad Jeni (44), peristiwa duka yang dialaminya pada Februari 2022 silam. Saat itu, rumah tinggalnya di bantaran Sungai Keruh, Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu, Brebes, diterjang banjir bandang.
Rumah yang ditempati bersama keluarga bersama puluhan rumah warga lainnya, luluh lantak oleh bencana alam ini.
Sejak saat itu, lelaki buruh lepas ini tak tahu harus berbuat apa. Dia bersama istri dan dua anaknya, sementara tinggal di rumah kontrakan.
BACA JUGA: Jepara Terbaik di Expo Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusantara 2022
”Jujur saja, selama tinggal di rumah yang dekat sungai, tidur tidak begitu nyenyak. Namun Alhamdulillah, kami akhirnya direlokasi,” kata Jeni.
Selangkah lagi, Jeni akan memiliki rumah baru di lokasi yang baru di RT 8/RW 4 Dukuh Karangtuang, Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu. Rumah itu dibangun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim), bersama Pemkab Brebes sebagai pengusul.
Pekan depan, peletakan batu pertama pembangunan rumah untuk 32 KK korban bencana banjir Sungai Keruh, akan dibangun dengan model rumah Ruspin.
BACA JUGA: Dinas PMD Kudus Wanti-Wanti Seleksi Perangkat Desa Jangan Berujung Pidana
Jeni tak sendiri. Di wilayah Wonogiri, Tukijan (65) dkk bersama 13 KK yang sebelumnya transmigrasi ke Aceh, kini kembali ke kampung halamannya. Mereka adalah bagian dari ratusan KK berbagai daerah di Tanah Air, yang eksodus dari Aceh.
”Saat kami pulang ke Wonogiri, kami ditempatkan di hunian sementara. Tapi karena huntara yang kami tempati status tanahnya milik pemerintah, akhirnya kami direlokasi ke tempat yang lebih aman dan lapang,” kata Tukijan.
Blantik kambing itu kini bisa tinggal nyaman di Dusun Pakem, Desa Watuageng, Kecamatan Baturetno. Dia bersyukur dan berterimakasih kepada Pemprov Jateng, pemkab yang memberikan bantuan uang untuk penyediaan material rumah, dan untuk membayar tenaga kerjanya.
BACA JUGA: KPU Jepara Memverifikasi Administrasi Keanggotaan Parpol Hingga 6 September
Irfanuddin SHut, Sub Koordinator Perumahan Formal dan Model Dinpeswaskim Brebes menjelaskan, ketika warga yang kehilangan rumah akibat bencana banjir Sungai Keruh, pemkab langsung bergerak.
”Kami berusaha menjembatani kepentingan warga, dengan Pemprov yang memiliki program penanganan pasca-bencana. Dan Alhamdulillah, ada 32 KK yang bersedia direlokasi ke tempat baru yang lebih aman dan nyaman, untuk tempat tinggal,” ujar Irfan.
Dia menyatakan, seluruh bangunan menggunakan sistem Ruspin (Rumah Unggul Sistem Panel Intan). Perakitan panel Ruspin oleh warga dilakukan secara gotong royong. Keunggulan dari Ruspin adalah, tahan gempa hingga 8 skala richter, dan cocok untuk wilayah rawan bencana.
BACA JUGA: Warga Tidak Mampu ‘Tuku Lemah Oleh Omah’, Kok Bisa?