Zaman dulu godaan terbesar bagi pencari ilmu itu kasus pencurian. Awalnya ingin mencoba ilmu, dan setelah berhasil lalu keterusan, sehingga mencuri itu menjadi mata kebiasaan.
Ayat yang dibaca ada pada halaman terakhir juz tujuh, tepatnya pada kalimat yang mengisahkan tentang “hijabul abshar” dia disuruh berhenti dan guru menyuruh untuk mengulanginya.
Laa tudrikuhul abshaaru wahuwa yudrikul abshaara wahuwal lathiiful khabiir. (Al An’am: 103). Artinya : Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, namun Dia dapat melihat segala yang kelihatan. Karena Dia Maha Halus lagi Maha Teliti.
Ketika bacaannya dianggap sudah cukup bagus, Guru meminta tiga hari lagi diminta menghadap untuk menguatkan hafalannya. Karena dianggap sudah baik hafalannya, dia disuruh membaca tiga kali pada pergantian waktu, dari sore ke malam, dan dari fajar ke pagi.
Karena saat itu dia masih remaja, dia bertanya tentang manfaatnya. Oleh Guru dijawab untuk sirep, penangkalnya dan menutup pandangan orang yang berniat jahat. “Dia tidak bisa dicapai dengan penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Pernah dia menghadapi masa yang akan menyerbu kampungnya. Dalam perjalanan menuju lokasi massa, dibaca amalan itu dengan keyakinan, dia tidak akan terlihat. Apa yang dibayangkan tidak terjadi.
Dia masih tampak oleh massa, namun tidak diganggu bahkan beberapa yang dia pegang menjadi lemas bahkan ada yang tidak mampu berdiri. Mereka tampak lemas dan ketakutan.
Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan spiritual tinggal di Sirahan Cluwak Pati.