blank
(Foto: Ilustrasi)

Oleh : Aliva Rosdiana, S.S., M.Pd.

Setiap tanggal 27 Rajab umat Islam memperingati datangnya Isra’ Mi’raj, hari saat Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah sholat lima waktu secara langsung dari Allah SWT. Perintah yang diterima Nabi Muhammad SAW ini melalui proses yang tidak mudah dan melalui perjalanan yang panjang walau hanya semalam dengan didampingi Malaikat Jibril.

Keimanan dan ketakwaan Rasulullah SAW diuji ketika itu. Sehingga Isra’ Mi’raj, termaktub dalam Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury cetakan ke-20 tahun 2008, juga disebut Hari Kesedihan (‘Am Al-Huzni). Sebab kala itu istri Nabi Muhammad SAW bernama Sayyidatun Khadijatul Kubra dan paman Nabi Muhammad SAW Sayyiduna Abu Thalib meninggal dunia. Keduanya sangat dicintai Rasulullah semasa hidupnya. Mereka senantiasa mendampingi dan membela Rasulullah SAW ketika berdakwah.

Peristiwa Isra’ Mi’raj

Kesedihan Rasulullah SAW kala itu mendapatkan hiburan  dari Allah SWT yaitu memperoleh perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa berlanjut Mi’raj dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha dengan mengendarai Buraq. Hiburan ritual shalat oleh Allah SWT melalui perjalanan Isra’ Mi’raj ini menenangkan Nabi Muhammad SAW sebab terbangun hubungan dekat dengan Allah SWT.

Dalam perjalanan Isra’, Nabi Muhammad SAW mengunjungi pendahulunya di tiga tempat yaitu Yatsrib (Madinah), Madyan tempat peristirahatan Nabi Musa As ketika dikejar Fir’aun, dan Betlehem tempat dilahirkannya Nabi Isa As. Di Yatsrib (Madinah). Saat sholat di Baitul Maqdis atau Masjid Al-Aqsha, seluruh Nabi menjadi makmum Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan Mi’raj ke Sidrotul Muntaha (Arsy) yaitu singgasana yang menandakan puncak pengetahuan setiap orang memiliki pengetahuan baik termasuk rasul dan malaikat. Di singgasana itu mengandung misteri dimana hanya Allah SWT semata yang tahu. Di Sidratul Muntaha ini Rasulullah menerima perintah shalat 5 waktu.

Selama perjalanan Isra’ Mi’raj Muhammad SAW mengalami peristiwa yang tidak lazim menguji keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Peristiwa Covid-19

Proses peristiwa kehidupan dan musibah Covid-19 yang saat ini terjadi tak ubahnya sama dengan peristiwa yang dialami Muhammad SAW yaitu menguji metal keimanan dan ketakwaan. Ada kesedihan sebelum Rasulullah SAW mendapatkan perintah Isra’ Mi’raj. Peristiwa Covid-19 saat ini menjadi hikmah agar selalu senantiasa mendekatkan diri dengan mendirikan salat. Nabi SAW bersabda Ashsholatu ‘immaduddin Faman aqamaha waqad aqamaddin. Faman Tarakaha waqad hadamaddin. Artinya: “Salat itu tiang agama. Maka barangsiapa mendirikan salat maka ia telah mendirikan agama. Dan barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia merobohkan agama.”

Melalu peristiwa Isra’ Mi’raj ini pula mengajarkan bagaimana menyelesaikan masalah yang terjadi dengan ilmu pengetahuan. Wabah pandemi Covid-19 yang terjadi mengajak seluruh instansi pemerintah berpikir mencari solusi alternatif agar virus tidak menyebar, yaitu menetapkan protokol kesehatan dan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) usaha ekonomi dan pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Semoga peringatan Isra’ Mi’raj Nabi SAW membawa hikmah dan berkah bagi kita semua untuk selalu menegakkan keimanan dan ketakwaan dengan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis adalah Dosen Unisnu dan Wartawan SUARABARU.ID