Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga
Ikut membahas tentang profesi guru (baru saja kita peringati hari Guru), -utamanya tentang kategorinya- , profesionalitas guru hanya dikategorikan ke guru rajin dan guru mlincur. Kategori guru sing sregep (rajin) semua pihak sudah tahu siapakah dan bagaimanakah mereka itu; demikian juga seperti apa sih perangai guru sing mlincur (malas) itu.
Sekedar sebagai patokan umum saja, orang disebut mlincur, -terutama guru- , dapat dilihat dari tiga perilakunya ini, yakni S-T-W: sambat- telat- waton, maksudnya seseorang yang sithik-sithik sambat (setiap kali mengeluh), dan seseorang yang sudah dapat dipastikan selalu terlambat (tukang telat); apalagi orang itu kemudian cenderung waton (asal-asalan, mengajar pun asal berdiri di depan kelas, lalu hanya memberi tugas), nah … “itulah tanda-tanda guru mlincur.” Adakah guru-guru STW semacam itu? Lihat saja dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita berada.
Kata mlincur ini khas banget nuansa Jawane, namun sayang saat ini amat jarang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Mlincur berarti (a) ora sregep, yaitu tidak rajin dalam hal apa saja (ehhh maaf, kecuali dalam STW ia sregep banget); dan (b) kerep nglowongi pegawean lan liyane, yakni terlalu amat sering tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, entah masuk angin, tetangga ada sripah, sepeda motor rusak, dan seribu alasan lainnya.
Malas
Dengan kata lain, mlincur menggambarkan betapa orang itu benar-benar kesed (bacalah seperti Anda mengatakan melek atau pun kernet), yakni malas melakukan tugas, pekerjaan, dan tanggungjawabnya. Kemalasannya pasti ditandai lewat STW tadi, maka sangat besar kemungkinan ia akan banyak omong.
Baca Juga: Rembug Tuwa Rebo
Semakin banyak omong penuh nuansa STW, jadilah mlincur tulen orang itu. Jika ia guru, seribu satu sambat (keluhan) pasti berkisar pada (i) kurikulum yang ini dan serba itulah, (ii) gaji yang kurang bla….bla…..bla…, dan (iii) pemerintah tidak ini dan kurang itulah …
Lagu wajib keluhannya pasti berkisar pada tiga hal itu, dan guru termasuk ke dalam tukang sambat semacam ini, sekali pun besok pagi gajinya dilipatkan tiga kali pun, ia pasti masih akan tetap mlincur.
Kalau STW menjadi penanda mlincur, apakah ada tanda-tanda dari guru rajin? Banyaklah tanda-tanda itu, tetapi apabila diringkas, tandanya adalah H-I-J, yaitu Hadir – Inisiatif – dan – Jantan.
Guru rajin adalah dia yang selalu hadir apa pun dan kapan pun. Karena guru itu lekat dengan sekolah dan murid, kehadirannya pasti ke sekolah dan di/ke hadapan muridnya. Dia juga pasti penuh inisiatif, apalagi saat ini hal itu sangat dituntut. Dan… ”itulah tandanya ia jantan,” dalam arti pribadi yang mau dan berani bertanggung jawab lewat kehadiran dan inisiatifnya.
Sekarang ini, pejabat pemerintah(an) yang terkait langsung dengan pendidikan, sangatlah mudah melakukan supervisi dan monitoring terhadap guru, yaitu fokuskan saja ke pemilahan antara STW dan HIJ tadi.
Terhadap guru STW perlu ada strategi ekstra untuk mengatasinya, dan terhadap guru HIJ perlu ada tawaran-tawaran menantang kepada mereka.
(JC Tukiman Tarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan )