blank
Ilustrasi/maxmanroe

Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga

blank
JC Tukiman Tarunasayoga

Banyak orang masih bingung terkait penulisan yang tepat seperti tembung sembada ini. Apakah ditulis sembodo atau sembada; loro apa lara, semono atau semana?

Patokan gampangnya, ialah jika kata itu memiliki “bahaya” karena membuat keliru-makna, tulislah dan ucapkanlah seperti dimaksudkan. Contoh, “Anake pak Suta sing nomer loro, digawa menyang rumah sakit jalaran lara panas.”

Penulisan loro dan lara di kalimat ini benar, karena loro berarti dua, dan lara berarti sakit. Menjadi kurang tepat kalau keduanya ditulis loro, atau lara.

Tentang sembada, sebaiknya ditulis seperti itu, bukan sembodo, karena ketika kata itu ditulis dengan huruf Jawa, penulisannya pakai ba dan da, bukan bo dan do.

Sembada memiliki tiga makna; pertama sarwa kecukupan, sentosa, utawa kuat, yaitu serba berkecukupan atau pun kuat dan sentosa.

Kedua, sembada itu bermakna cocok, patut, utawa pantes; intinya sesuai dan pantas; sedang makna ketiga, ialah rada sugih lan kecukupan, yaitu cukup kaya.

Nah .., kalau ada orang mengatakan disembadani, maknanya sangat berkaitan dengan yang telah dikatakan di atas; yakni dicukupi, dituruti (panjaluke) lan disentosani. Jika anak wedok minta sesuatu, maka orangtuanya berusaha untuk memenuhi atau mengabulkan permintaan itu, pun juga berarti didukung.

Kalau seseorang disebut ora sembada, yahhh……jelaslah; ia tidak mampu memenuhi atau tidak sesuai dengan, misalnya, yang sering dia omongkan.

Di medsos seseorang tampaknya pemberani, omong ceplas-ceplos seolah paling mengerti tentang apa pun, ehhhhh jebul mak cempulik berkebalikan ketika harus berurusan dengan polisi, misalnya.

Itulah bukti ora sembada. Contoh lain, ketika minta dukungan suara agar terpilih sebagai pimpinan suatu jabatan, ia umbar janji akan begini dan begitu, perbaiki ini perbaiki itu.

Ia disebut ora sembada karena setelah menduduki jabatan pimpinan, gawane mung ngalor ngidul, kegiatannya hanya pergi sana pergi sini tidak pernah bekerja semestinya. Ora sembada, dan bisa semakin tragik ketika semua yang ia pernah katakana itu jika jebule mung ngapusi.

Dicari Orang Sembada

Apa atau siapa yang kita butuhkan saat ini? Tegasnya, di masa sulit diterpa pandemi covid 19 saat ini, sosok semacam apa sih sangat diperlukan dunia Indonesia?

Satu saja jawabannya, yakni dibutuhkan siapa saja, -lebih-lebih pemimpin-, sing sembada; dudu wong sing ora sembada, bukan orang yang ternyata tukang omong saja tanpa solusi, bukan orang yang mung tukang maido (ahli mencari kesalahan/kekurangan dan suka mencela). Dengan kata lain, kita mencari wong sembada.

Baca Juga: Antara Trima Ngalah dan Trima Ngalahi

Wong sembada di saat seperti ini dapat dibuktikan secara kasat mata lewat daya tahannya, -artinya kuat-, dalam mengatasi dan menanggung segala beban tantangan.

Jika orang semacam itu telah terbukti lewat kinerjanya, maka cocoklah sosok semacam itu disebut wong sembada, cocok antara omongannya, tindakannya, dan hasil kinerjanya. Sing kakehan omong …lewat.

Wong sembada bukan hanya kuat, sentosa; tetapi pasti juga bisa nyembadani, artinya bisa menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik. Jadi wong sembada mesti bisa nyembadani; dan mencari (serta menemukan) orang semacam itu sewu siji, dalam arti ora gampang.

Bagaimana kalau wong sembada dan bisa/pinter nyembadani sudah kita temukan? Jujur, kita harus mendukung, membantu, menopang, dan mendorong wong sembada seperti itu berkarya lebih dan lebih untuk kepentingan bangsa dan Negara. Setuju?? Teken kontrak, hehehehe.

(JC Tukiman TarunasayogaPengamat Kemasyarakatan)