Teknologi Informasi Tak Boleh Hilangkan Makna Merdeka Belajar
Ketua Komisi E DPRD Jateng, Abdul Hamid, melakukan diskusi virtual di Studio Berlian TV. (doc/ist)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran saat pandemi ini jangan mengabaikan subtansi dari Merdeka Belajar yang disemboyankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Penegasan itu disampaikan Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid saat menjadi narasumber diskusi virtual bertema “Merdeka Belajar pada Masa Pandemi”, di Studio Berlian TV, Gedung DPRD Jateng, Senin (16/8/2021).

 

Ia mengakui, satu tahun lebih pandemi Covid-19 telah mengubah pola tatanan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sektor pendidikan sangat terpukul saat datangnya pandemi. Ia pun mengaku banyak menerima keluhan dari orang tua siswa mengenai belum direalisasikannya proses pembelajaran tatap muka.

 

Namun demikian, ada hikmah dari wabah itu pada sektor pendidikan. Karena penguasaan teknologi menjadi sebuah keharusan, maka siswa maupun orang tua harus beradaptasi dengan penguasaan teknologi informasi. Sayangnya infrastruktur penunjang kadang tak sebanding dengan tuntutan.

 

“Kalau di wilayah Semarang, sinyal internet mudah terhubung. Bagi siswa tinggal di pegunungan, pinggir hutan atau di wilayah blank spot sangat kesulitan. Pemerintah harus memikirkan ini,” ucapnya.

 

Selain itu yang patut menjadi pemikiran para pendidik adalah kekhawatiran soal lost learning dan list carakter. Sistem virtual mengubah pola pembelajaran yang selama ini didapatkan dengan bertatap muka.

 

Teknologi Informasi Tak Boleh Hilangkan Makna Merdeka Belajar
Ketua Komisi E DPRD Jateng, Abdul Hamid.

Dalam diskusi virtual itu turut menjadi narasumber lainnya Kabid Pendidikan Menengah Atas Disdikbud Jateng Samsudin Isnaeni serta menghadirkan Kepala SMA 4 Semarang Wiji Eni Ngudi Rahayu dan Kepala SMA 5 Semarang Wiharto.

 

Keduanya saling bertukar pengalaman mengenai strategi dalam pembelajaran jarak jauh atau secara virtual. Baik Wiji maupun Wiharto mengaku sempat khawatir mengenai penggunaan komputer, sinyal internet, bakal tak bisa dikuasai oleh siswa. Seiring berjalannya waktu, mereka bisa beradaptasi dengan aplikasi Zoom Meeting, maupun aplikasi yang bisa menunjang pembelajaran lain.

 

“Pembelajaran sekarang membawa perubahan besar. Dari PTM sekarang virtual. Kita harus tetap jalan. Semula kami tidak mengenal platform virtual, sekarang . Meski sekarang transformasi teknologi, namun pendidikan karakter tetap kami tanamkan, supaya lulusan menjadi memiliki daya saing globalisasi,” ucap Wiji.

 

Samsudin pun menyatakan, soal persiapan untuk pembalajaran tatap muka diyakininya semua sekolah sudap mempersiapkan segala cara. Ia pun meminta kepada sekolah supaya nanti saat PTM dimulai agar anak tidak terlebih dulu dibebankan dengan tugas-tugas.

 

“Seberat apa pun pembelajaran, anak anak harus bahagia. Secara keseluruhan, sekolah siap tinggal menunggu perintah,” tegasnya.

 

Mengenai merdeka belajar, SMA 5 memiliki terobosan yakni pengembangan bakat dan minat siswa. Sekolah telah memiliki studio mini agar anak bisa berlatih menjadi pembawa acara, pembaca berita dan lain sebagainya. (ADV)