blank
Aliansi Mahasiswa Walisongo (AMW) saat menggeruduk kantor Rektorat UIN Walisongo Semarang, menuntut pihak kampus mengurangi UKT sebesar 25 persen. Foto: Dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Walisongo (AMW) menggeruduk kantor Rektorat UIN Walisongo Semarang, menyampaikan sejumlah aspirasi, Rabu (7/7/2021).

Mereka, para mahasiswa menuntut pihak kampus mengurangi Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 25 persen, dan menghapuskan surat pernyataan bermaterai 10000 yang diberlakukan bagi calon mahasiswa baru.

Karena, materai tersebut dinilai bakal menjadi penghalang agar mahasiswa tidak bisa melakukan banding terkait UKT selama masa studinya.

Aksi offline tersebut dibarengi dengan aksi online, dimana ribuan mahasiswa kompak melakukan aksi online via media sosial, untuk menyampaikan berbagai aspirasi. Sejak pukul 10.00 WIB, tagar #uinwsmahal menempati trending topic di Twitter Indonesia. Hingga sore, tagar #uinwsmahal mencapai angka 13 ribu lebih.

Juru bicara AMW, Munif mengatakan, tuntutan mengenai UKT tersebut didasarkan atas situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, dan masih berimbas pada kondisi ekonomi orang tua mahasiswa UIN Walisongo dan calon mahasiswa baru UIN Walisongo, yang terancam tidak bisa banding.

“Kami meminta kepada pihak kampus untuk membatalkan pengumuman Wakil Rektor 2 tentang pembayaran UKT semester gasal 2021, potongan UKT dengan skema angsuran baru, dan penghapusan surat pernyataan bermaterai 10000 yang diberlakukan bagi mahasiswa baru,” tegasnya.

Aksi tersebut digelorakan setelah mahasiswa mendapat Pengumuman Nomor : B-2478/Un.10.0/R.2/DA.02.01/06/2021 tentang Pembayaran UKT/SPP Mahasiswa Program Diploma 3 (D-3), Sarjana (S-1), Program Magister (S-2) dan Program Doktor (S-3) UIN Walisongo Semester Gasal tahun akademik 2021/2022.

Sementara itu koordinator aksi, Farhan mengatakan, bahwa sejak tahun 2018 terdapat kenaikan UKT sebesar dua kali lipat. Menurutnya, tidak ada transparansi komponen UKT bagi mahasiswa UIN Walisongo hingga kini.

“Hastag #uinwsmahal adalah bentuk perlawanan yang merupakan manifestasi dari perjuangan mahasiswa. Kami mengimbau bagi mahasiswa UIN Walisongo yang terdampak maupun tidak, untuk ikut mengawal dan saling membantu sesama. Ini juga menyangkut bagaimana nasib calon mahasiswa baru ketika kelak benar-benar tidak ada banding UKT, sedangkan UKT mereka sama mahalnya dengan mahasiswa lama,” ujarnya.

Selanjutnya, perwakilan dari AMW yang dikawal kurang lebih 30 mahasiswa melakukan audiensi dengan pimpinan kampus. Aksi tersebut berjalan tertib dengan protokol kesehatan ketat dan menjaga jarak.

“Aksi virtual maupun secara langsung akan tetap dilakukan hingga apa yang menjadi tuntutan kami terwujud,” tandas dia.

Ning