BOGOTA (SUARABARU.ID) – Sedikitnya 31 penduduk asli terluka di Kolombia tenggara pada Kamis (22/4/2021) setelah kelompok bersenjata liar menembaki mereka.
saat itu penduduk tengah menghancurkan tanaman koka, bahan utama kokain, kata sebuah organisasi yang mewakili masyarakat.
Serangan itu terjadi di kota madya pedesaan Caldono, di provinsi Cauca Kolombia.
Wilayah ini secara strategis penting untuk perdagangan narkoba dan masih dalam sengketa oleh kelompok bersenjata.
Termasuk pembangkang dari kelompok gerilyawan Farc yang sudah lumpuh, Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan organisasi kriminal lainnya yang terdiri dari bekas paramiliter sayap kanan.
Baca Juga: NATO Adakan KTT Perbaiki Hubungan AS Saat Tegang dengan Rusia
“Sejauh ini 31 penduduk asli terluka dan pengawal pribumi telah menahan lima penyerang ,” kata Dewan Daerah Adat di Cauca (CRIC) dalam sebuah pernyataan.
Upaya pemberantasan tanaman koka dan penyerangan terhadap anggota masyarakat terus berlansung.
Berarti jumlah korban luka dapat meningkat, tambah CRIC, menggambarkan masyarakat adat wilayah tersebut sebagai korban ketidakhadiran negara.
Kelompok bersenjata liar berjuang untuk menguasai wilayah strategis untuk menanam koka dan produksi kokain, menurut sumber pemerintah dan keamanan.
Baca Juga: China Sebut Australia Harus Hindari Memperburuk Hubungan Bilateral
Pada Selasa (20/4/2021), kelompok itu juga membunuh gubernur adat Sandra Liliana Pea Chocue – yang menentang tanaman koka dalam area tanah adat pada wilayah yang sama.
Pemerintah Kolombia mengutuk serangan terhadap komunitas adat.
“Sungguh tercela bahwa penjahat mengamuk terhadap komunitas adat dan terhadap wanita yang mempertahankan wilayah mereka dari kehadiran ekonomi ilegal yang mengancam integritas anak muda dan kemurnian tanah,” Emilio Archila, penasihat presiden untuk implementasi kesepakatan damai, katanya dalam sebuah pernyataan.
Kolombia, dengan posisi strategis geografisnya yang terkelilingi oleh dua samudra, sebagai penghasil kokain terbesar di dunia.
Ant-Claudia