blank
Kodiran (50), petani Desa Pakuran Kecamatan Sruweng, Kebuumen sedang memanen padi di sawahnya di Desa Gemeksekti, Kecamatan Kebumen, Sabtu 20/3.(Foto:SB/Komper Wardopo)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Musim panen padi serentak atau panen raya di Kebumen menjelang Ramadan tahun ini justru menimbulkan keprihatinan bagi petani.

Sebab harga gabah per kuintal terjun bebas atau anjlok sampai Rp 380.000 per kuintal untuk gabah basah atau baru panen. Sedangkan gabah pascapanen yang sudah kering hanya laku sampai  kisaran Rp 400.000-425.000/kuintal.

Bahkan, seorang tokoh masyarakat di Desa Gesikan, Kecamatan Kebumen, Edi Punama, menyatakan harga gabah sempat anjlok sampai Rp 350.000/kuintal. Tentu saja hal itu berbanding terbalik dengan kenaikan biaya produksi. Mulai harga benih, biaya olah sawah dan ongkos pemetikan hingga harga pupuk yang terus naik.

Sedangkan Mingun, petani Desa Tanuharjo, Kecamatan Alian, saat ditemui tengah menjemur gabah Sabtu (20/3) mengaku, saat ini harga gabah hanya pada kisaran Rp 400.000-425.000/kuintal. Padahal tahun lalu sehabis panen dan menjemur gabah dia bisa menjual gabah laku Rp 580.000/kuintal.

blank
Buruh tani sedang memanen padi di dekat Dusun Watubarut, Desa Gemeksekti, Kebumen.(Foto:SB/Komper Wardopo)

Petani asal Desa Pakuran, Kecamatan Sruweng, Kodiran (50), yang ditemui sedang memanen padi seluas 100 ubin (1 ubin setara 14 meter persegi) di Desa Gemeksekti, Kecamatan Kebumen, juga mengeluhkan anjloknya harga gabah.

Kodiran mengaku menanam padi varietas Ciherang jumbo. Seperti halnya para petani di Kebumen umumnya, saat ini sedang musim panen dan hasilnya bagus. Bahkan petani di Kebumen barat seperti Gombong, Karanganyar dan sekitarnya panen lebih dahulu. Mereka bersiap mengolah sawah lagi.

Tidak Berdaya

”Namun saat kami panen harganya malah tidak sumbut dengan biaya produksi. Bagaimana lagi kami tidak berdaya,”aku Kodiran pasrah, sembari memanen padinya di dekat Dusun Watubarut, Desa Gemeksekti.

Pria ini pun menjelaskan biaya mengolah awah seluas 100 ubin itu saat awal tanam paling tidak butuh uang Rp 150 ribu per hari untuk upah tiga tenaga kerja. Olah tanah minimal tiga hari, ditambah sehari tanam. Sedangkan benih padi juga beli. Harga pupuk kimia pun terus naik dan sering langka. Saat musim panen juga masih butuh pekerja atau buruh nderep atau petik padi yang harus dia bayar.

Keluhan senada diungkapkan Mustolih, petani warga Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian. Mustolih saat ini belum panen karena harus tanam dua kali karena lahannya sekitar 150 ubin diserang hama keong. Kini setelah padinya mulai berbuah dan sekitar satu bulan lagi baru panen, harga gabah turun.

Sementara itu suara Pemerintah seperti tidak kompak dan isu impor beras diduga ikut memicu gejolak turunnya harga gabah. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berencana mengimpor beras 1 juta ton untuk stok pascapanen sebagai cadangan pangan nasional.

Sedangkan Kepala Bulog Budi Waseso dengan tegas menyatakan, pihaknya akan menolak melaksanakan impor beras. Sebab pada Maret-April ini petani sedang memasuki musim panen raya padi.

Komper Wardopo