blank
Mad Rukhi, salah satu pengukir di desa Tahunan Jepara.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Jepara sebagai gudangnya pengukir dan kemasyhuran hasil karya seninya yang sudah diakui di tingkat internasional sepertinya menjadi sebuah paradok. Dalam kenyataanya, kemasyhuran serta pengakuan dunia internasional akan keindahan seni ukir Jepara tak seindah nasib dari para pengukir itu sendiri.

blank
Salah satu pengukir relief di Desa Mulyoharjo Jepara.

Legenda lahirnya seni ukir di Jepara ditandai dengan ornamen serta motif yang menempel di Masjid Mantingan. Konon, hasil karya tersebut merupakan cikal bakal seni ukir di daerah Jepara.

Seorang Patih bernama Patih Sungging Badar Duwung, yang berasal dari China memperkenalkan seni ukir pertama kali di Jepara pada abad ke- 15. Serta legenda Prabangkara yang menjatuhkan alat pahatnya di belakang gunung, yang sekarang menjadi Desa Mulyoharjo.

Ada juga Raden Ajeng Kartini, yang namanya tidak dilupakan, dan yang juga mempunyai hubungan dengan Jepara, dalam kumpulan catatannya (Kartini, Door duisternis) telah bercerita tentang kunjungannya ke tempat permakaman Mantingan. la diberitahu bahwa “Sultan Mantingan” pernah pergi ke China, dan bahwa ukir-ukiran dalam rumah-rumah di situ juga berasal dari Cina (H.J. de Graaf dan TH. Pigeaud,  1985 : 120).

Sehingga bangsa Belanda dan Eropa mengagumi kerajinan seni ukir Jepara. Dimulailah ekspor ukir-ukiran Jepara sebagai souvenir dan furniture sejak saat itu.

Namun, seiring perkembangan zaman, pengukir di Jepara semakin surut. Berkurangnya tenaga ukir di Jepara dan tidak minatnya generasi muda untuk menggeluti profesi mengukir dikarenakan upah yang sangat rendah. Hal ini menjadi tanggung jawab besar masyarakat Jepara, khususnya para pemangku kebijakan.

Berbagai upaya telah ditempuh, salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan Bupati Jepara Nomor 10 Tahun 2014 yang mengatur tentang “Pemberian Ornamen Ukiran Pada Gedung dan Bangunan Lain Milik Pemerintah” namun tampaknya peraturan tersebut belum benar-benar dilaksanakan.

Melihat kenyataan di lapangan banyak sekali bangunan-bangunan milik pemerintah tidak mengikuti peraturan tersebut. Terutama bangunan balai desa. Jika seni ukir benar-benar hilang dari Jepara, identitas serta sejarah dan kebudayaan Jepara hanya tinggal cerita.

Hadepe / ua