blank
Oktavirasa Khoir (36), pemilik usaha Okvisa Craft Rembang. Foto: Ist

REMBANG (SUARABARU.ID) –  Melawan batas! Mungkin itu ungkapan untuk Oktavirasa Khoir (36), pemilik usaha Okvisa Craft Rembang. Di tengah pandemi Covid-19, saat banyak usaha yang gulung tikar atau terhenti,  justru ia terus maju untuk berkarya.

Berbagai even ia ikuti agar bisa berkiprah untuk negeri. Karya-karya terbaiknya berusaha ditampilkan untuk membuktikan bahwa hidup tidak boleh berhenti hanya karena pandemi.

Kiprah terbarunya pada fashion show virtual di even nasional Festival Payung Indonesia di Prambanan awal bulan Desember lalu. Dalan even ini ia menampilkan tujuh baju desain terbarunya. Tidak cuma desainnya, kain yang dipakai juga hasil kreasinya. Yakni menggunakan teknik pewarnaan ecoprint dengan motif alam. Bahkan kain-kain itu ia warnai sendiri di rumahnya.

blank

Baju dengan kain teknik ecoprint. Foto: Ist

“Saat itu kami mengusung tema Kharisma Ecoprint Nusantara. Titik dan garis yang dipadu menyatu, tak hanya menghasilkan karya yang ramah, sarat makna dan indah, tapi juga penuh kharisma,” ungkap Okta saat ditemui di rumahnya, Sabtu (12/12) siang.

Okta mengungkapkan, dalam even yang digelar selama tiga hari (4-6 Desember 2020) itu banyak peserta yang menampilkan kain batik, kain satin dan broklat. Hanya Okta yang tampil beda lantaran menyuguhkan kain ecoprint. Lantaran itulah dalam fashion show itu terlihat spesial karena ada penampilan yang beda dari peserta.

“Sekali fashion ditampilkan tiga peserta. Kebetulan saya mewakili Jawa Tengah,” tambahnya.

Walau sudah sering ikut kegiatan peragaan busana di berbagai tempat, namun bagi Okta, festival di Prambanan ini dinilai paling berkesan. Itu  karena untuk bisa tampil dalam kegiatan tersebut harus ada kurasi atau seleksi yang ketat dari ahli yang membidangi fashion. Ia harus all out lantaran dipercaya tampil di ivent nasional seperti itu. Bahkan dalam kegiatan itu ia harus mengerahkan enam orang model dan seorang perias.

Ibu tiga anak yang juga ASN di Pemerintah Kabupaten Rembang ini juga mengungkapkan, selain menampilkan rancangan busana berbahan kain ecoprint, ia juga mengikuti kejuaraan payung rajut. Ada 34 peserta dari seluruh Indonesia yang mengikuti lomba payung rajut. Walau belum mendapat juara, ia merasa senang bisa ikut kegiatan itu.

blank
Bersama model saat tampil di festival payung di Prambanan. Foto: Ist

Ikutnya Okta dalam Festival Payung juga bukan hanya ikut-ikutan, sebab dirinya memang seorang perajin rajut. Bahkan sebelum terjun ke dunia mode, dirinya sudah terlebih dulu berkarya lewat benang rajut. Berbagai kerajinan rajut seperti tas, dompet, sepatu, dan aneka kerajinan rajut lainnya sudah ia hasilkan. Kini tidak hanya rajut saja, teknik ecoprint  juga diterapkan untuk tas, dompet dan sepatu.

Tidak hanya dalam karya saja, Oktavirasa Khoir juga menularkan ilmunya pada wanita-wanita yang ada di Kota Garam Rembang. Berbagai pelatihan yang melibatkan dirinya juga kerap diadakan.

NYO-trs