Oleh : Hadi Priyanto
Larungan kepala kerbau dan “ubo rampe” sesaji yang diselenggarakan setiap tahun dalam kemasan acara pembukan Lomban Jepara bukan saja sebuah perhelatan budaya, tetapi dapat dimaknai sebagai sebuah ritus. Karena itu sarat doa dan laku bagi orang-orang yang terlibat.
Salah satu yang terlibat adalah Agus Mardiko (54), penduduk RT 04/RW 04 Kelurahan Ujungbatu. Pria yang sehari-hari bekerja di Perumda Aneka Usaha Jepara ini menerima wasiat dari almarhum H. Zaenal Arifin, mantan Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 2001 untuk membuat perahu pembawa larungan sesaji. “Telah 23 tahun kami menjalankan amanah dari lmarhum H. Zaenal Arifin,” tuturnya
Perahu ini dibuat agak besar sejak tahun 1920 saat Petinggi Ujungbatu dijabat oleh H. Sidik. Sebab petinggi yang dikenal karismatik ini menambah ubo rampai sesaji dengan kepala kerbau. Karena itu diperlukan perahu yang dilarung bersama 25 jenis sesaji diseputar pulau Bokor, sebelah utara pulau Panjang. Untuk membuat perahu ini diperlukan ritual khusus
Menurut Agus Mardiko, perahu pembawa sesaji ini bukan sekedar miniatur perahu yang harus dibuat agar bisa membawa sesaji yang akan dilarung. Tetapi ada juga doa dan laku yang harus dilakukan sebelum mulai membuat perahu. Diantaranya puasa selama 3 hari untuk menyucikan niat. “Juga ada bahan utama yang harus digunakan untuk membuat perahu yaitu kain putih, bambu apus dan batang pisang raja,” tutur Agus Mardiko kepada penulis, Selasa (16/4-2024|) siang
Namun Agus tidak bersedia untuk mengungkapkan isi doa secara lengkap. Hanya secara garis besar doa ini berupa permohonan kepada Allah agar rejeki nelayan melimpah dan “ kalis ing sambikala. “Juga permohonan agar Jepara dijauhkan dari segala “rubedo” dan yang ada adalah “tentrem raharja,” ujarnya.
Jadi menurut Agus, niatan larungan sesaji ini adalah ucapan syukur dan memohon perlindungan kepada Allah. Juga ada makna simbolis membuang segala keburukan atas ridlo Allah.
Ia menjelaskan, untuk ukuran perahu memang sejak awal tidak ada wasiat. “Untuk tahun ini ukuran perahu 90 cm x 4 meter,” terangnya
Sedangkan pada lambung perahu dengan ornamen warna merah dan putih ini dituliskan “Joyo Samudro”. “Ini juga doa dari nelayan, agar laut Jepara makmur atas ridlo Allah,” ujarnya.
Penulis adalah pegiatan budaya Jepara dan wartawan SUARABARU.ID Jepara