blank
Karang Taruna Desa Trembes, Kecamatan Gunem, Rembang, kompak dan bersemangat menyiapkan lahan wisata religius, untuk dihijaukan kembali. Foto: SB/Wahono

REMBANG (SUARABARU.ID)– Kegiatan positif menuju lingkungan hijau, Sabtu-Minggu (7-8/11/2020), dihelat bersama jajaran Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan, dengan Karang Taruna Desa Trembes, Kecamatan Gunem, Rembang.

Gerakan menanam di Hutan Alam Skunder (HAS) itu, dipimpin Rusmanto, Asisten Perhutani (Asper) Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Demaan, KPH Mantingan.

Ikut aktif dalam kegiatan itu, Kepala Desa Trembes, Sofyan, Ketua Karang Taruna, Bambang dan sejumlah anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Gunung Modho, Desa Trembes.

BACA JUGA : Pantomim Anti-Corona, Protokol Kesehatan ala SMP Kanisius Kudus

Hadir juga Administratur KPH Mantingan, diwakili Asisten Perhutani (Asper) Demaan Rusmanto, di petak 85c Resor Pemangkuan Hutan (RPH) seluas 6,1 hektar.

Kawasan hutan ini masuk dalam pangkuan LMDH Trembes, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, dan terdata dalam buku Rencana Pengaturan Kelas Hutan (RPKH) dalam jangka 10 tahun.

Menurut Rusmanto, hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh dan berkembang secara alami, sesudah terjadi kerusakan atau perubahan pada hutan yang pertama.

Keberadaan hutan sekunder ini, lanjut Rusmanto lagi, merupakan fase pertumbuhan hutan dari keadaan tapak gundul, karena alam atau antropogen sampai menjadi klimak kembali.

Wisata Religi
Dijelaskan dia, secara umum hutan primer dan hutan sekunder memiliki sifat, dan ciri-ciri antara lain ditumbuhi tegakan muda yang berkomposisi memiliki struktur seragam, bila dibandingkan dengan hutan asli primer.

”Pada awalnya riap pohon besar, namun lambat laun riap pohon mengecil,” jelas Asper Demaan.

Rusmanto juga berpesan kepada Karang Taruna dan masyarakat Desa Trembes, agar secara aktif merawat pohon yang ditanam ini, agar dapat tumbuh subur, dan hutan di Desa Trembes bisa lestari.

Selain hutan lestari, lanjut Rusmanto, keberadaan hutan ini nanti bisa  melindungi situs yang ada, dan dapat dikelola menjadi rintisan wisata religi.

Yang terpenting lagi, kawasan hutan ini nantinya tidak berubah kelas hutannya,” harap Asper BKPH Demaan, KPH Mantingan.

blank
Sebagian dari puluhan anggota Karang Taruna, bergotong royong membuat lubang untuk ditanami bibit buah dan rimba campur. Foto: SB/Wahono

Tanggung Jawab
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Desa Trembes, Bambang menyampaikan apresiasinya kepada Perhutani yang telah memfasilitasi penanaman di kawasan HAS.

”Kami akan jadikan situs Mrancang ini sebagai kawasan wisata religius, dengan pemandangan yang indah,” ungkap Bambang.

Di lokasi situs ini, tambah Ketua Karang Taruna Trembes, akan makin indah karena diiringi suara gemericik air terjun alami, yang sudah ada sebelumnya.

Ada pun penanaman di Petak 85c kali ini, tahap pertama terealisasi 2.000 plances bibit buah, rimba campur, trembesi, tabebuya, sirsat rambutan, petai, alpukat, bungur, dan flamboyan pucuk merah.

”Sebagai generasi muda, kami bertanggungjawab akan kelestarian hutan di wilayah Trembes ini,” tukas Bambang.

Menurutnya, bukan hanya pemuda yang wajib menjaga hutan lestari, tapi seluruh warga Desa Trembes, juga bertanggungjawab mengamankan hutan ini.

Untuk pengadaan bibit-bibit buah dan rimba campur ini, merupakan bantuan dari Perhutani KOH Mantingan, Cabang Dinas Kehutanan (CDK), Swadaya dari Karang Taruna dan masyarakat Desa Trembes.

Wahono-trs