blank
JC Tukiman Tarunasayoga

Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga

 SEGALA sesuatu itu sebenarnya dapat dideteksi karena ada tanda-tandanya. Orang merasa kurang enak badan, deteksilah tanda-tanda dalam tubuh ini.

“Dengarkan yang dikatakan oleh tubuhmu,” begitu saran sangat singkat namun amat padat dan jelas untuk mengetahui sehat atau tidaknya diri kita (dokter Hiromi Shinya dalambukunya The Miracle of Enzyme, hal 253).

Maknanya ialah, segera bertindaklah (ambil tindakan) manakala tubuhmu memberi tanda-tanda tertentu seperti panas, keluar keringat dingin, cepat merasa cape, pegal-pegal, dsb. Tindakan cepat menentukan “nasibmu” selanjutnya.

Baca Juga: Hobi Kok Maling Arep

Dalam ungkapan lain, tanda-tanda disebut juga gelagat; bahkan tentang gelagat ini sering dimaknai juga sebagai gerak-gerik. Dan tentang gerak-gerik ini biasanya dikaitkan langsung dengan olahtubuh seseorang; misalnya seseorang dalam sehari melewati jalan depan rumah tiga empat kali (padahal biasanya tidak begitu).

Nah, inilah gerak-gerik yang sekurang-kurangnya harus dideteksi (baca: diwaspadai) sebagai langkah bersiap-siap diri. Harus bersikap curigakah hidup ini menghadapi orang lain? Sebaiknya jangan curiga, tetapi tidaklah jelek waspada, kecuali kalau memang gerak-geriknya itu mencurigakan.

Nggegalak Racak

Galak (Jawa) memiliki tiga arti, (a) wani marang manungsa, doyan mangan pepadha kewan, yaitu hewan yang berani kepada manusia, atau bahkan memangsa hewan lainnya; (b) landhep yakni tajam (untuk pisau, pedang), dan (c) bebayani, berbahaya (untuk penyakit, dll).

Kalau galak berarti seperti itu, makan ggegalak berarti membuat lebih galak lagi; seperti contohnya orang penyuka soto diminta mencicipi barang duas endok saja, lalu komentarnya: “Wah, mung nggegalak ilat…” hanya bikin kepingin saja.

Racak (Jawa) memiliki arti meh padha, seimbang/hamper sama; misalnya tinggi badan peserta didik SMP (laki-laki)  racake  160 Cm. Dan arti lain racak ialah merata, seperti misalnya semua sawah di areal ini racak mendapatkan air dari selokan Mataram.

Begitu nggegalak dan racak digabung, terjadilah nggegalak racak dan itu menjadi sebuah peribahasa yang maknanya menangi kekarepan ala, berhadapan, menghadapi, atau melihat gelagat kehendak jelek.

Gelagat jelek siapa? Tentusaja, orang yang memang sedang dihadapinya atau dilihatnya. Kelihatankah kekarepan ala itu? Pasti kelihatan, sama halnya seperti gejala dalam tubuh tadi yang pasti terasa oleh siapa pun ketika badan terasa dingin, tenggorokan ada gangguan, dan sebagainya.

Menghadapi dan melihat kekarepan ala, satu-satunya jalan terbaik adalah segera mengambil tindakan sebelum kekarepan ala itu dilaksanakan olehnya.

Jika Anda sedang naiksepeda motor, dan melihat (bahkan merasa) ada gelagat jelek pada diri seseorang, cepatlah ambil tindakan seperti berhenti saja di depan sebuah toko misalnya, atau kalau memang di dekat tempat itu ada pos polisi, masuklah ke pos polisi.

Intinya, tindakan cepat harus Anda tunjukkan sehingga orang itu tahu bahwa Anda sudah tahu terhadap niat jeleknya.

Mari kita jangan member ruang gerak, termasuk memberikan toleransi dan berpikir seolah-olah tidak (akan) terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan.

Itu namanya lengah, dan memang orang yang berkehendak jelek selalu mengincar saat-saat lengah untuk menjalankan aksinya. Kita tidak boleh lengah, apalagi kecolongan karena kalah duluan. Kehendak orang jelek harus kita lawan segera agar tidak merebak/meluas.

Menyatukan Kehendak Baik

Nggegalak racak, Meruhi kekarepan ala, bukan saja kita jangan bersikap lengah atau menoleransi; melainkan juga kita harus segera menggalang secara bersama untuk menyatukan kehendak baik melawan kehendak jelek itu. Pertanyaan yang sering muncul ialah: Adakah nggegalak racak di bidang politik dan pemerintahan?

Jawabannya pasti ada, bahkan justru nggegalak racak di bidang politik dan pemerintahan ini sangat mudah diketahui oleh siapa pun. Karenaitu, menyatukan kehendak baik untuk melawan (mereka yang) berkehendak jelek harus juga nyata dan betul-betul kelihatan.

Baca Juga: Dipoyok Dilebok Menuju Kebaikan Bersama

Bagaimana cara terbaik untuk menggalang kehendak baik itu? Tujuan kehendak baik mustilah baik adanya, dan tujuan utamanya itulah yang harus dipegang teguh serta disebarluaskan secara gencar.

Sikap gencarnya orang-orang berkehendak baik harus sekurangnya dua kali lipat dengan sikap gencarnya mereka yang berkehendak jelek.

Nggegalak racak itu ada di pihak orang yang berkehendak baik, berarti telah melihat lebih dahulu. Artinya, orang berkehendak baik sebenarnya sudah satu langkah lebih awal (menang) dibandingkan dengan mereka yang berkehendak jelek.

Mari bergerak bersama memperjuangkan kehendak baik kita, dan kita kalahkan mereka yang berkehendak jelek.

(JC TukimanTarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan)