blank
Petugas medis tengah memasang APD yang dimulai dengan memasang celana jas hujan dan sepatu boot. Karena berkurangnya stok APD kesehatan, jas hujan yang telah dimodifikasi menjadi solusinya. Foto : Hana Eswe/ist.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – RSUD dr Soedjati “terpaksa” memanfaatkan jas hujan dan helm tukang las untuk mengganti APD (alat pelindung diri), karena RSUD di Purwodadi itu kekurangan stok APD.

“APD memang menjadi persoalan di rumah sakit kami, juga mungkin rumah sakit lain saya kira, sehingga kami memodifikasi jas hujan itu menjadi pelindung diri, dan mohon maaf dengan seadanya, kami harus menangani pasien,” terang Direktur RSUD dr Soedjati Purwodadi, Bambang Pujiyanto.

Catatan monitoring data covid-19 di Jawa Tengah, Kamis (26/3/2020) masih menunjukkan peningkatan. Hingga pukul 17.00 WIB, tercatat 3.638 orang berstatus ODP, 294 dirawat dan 40 positif terdeteksi covid-19. Dari jumlah yang positif, lima orang dinyatakan meninggal.

blank
Betapa kita tidak terharu. Mereka adalah para pejuang kemanusiaan, pahlwan yang melawan covid-19. Perawat RSUD Soedjati ini pakai jas hujan dan helm tukang las. Mari kita bantu mereka. Foto: Dok

Peningkatan jumlah pasien covid-19 ini bertolak belakang dengan ketersediaan alat pelindung diri (APD) tim medis di beberapa rumah sakit. Termasuk di RSUD dr Soedjati Purwodadi, yang menjadi rumah sakit rujukan kedua.

Kondisi kekurangan stok APD inilah yang menjadikan pihak RS mengambil langkah memanfaatkan jas hujan untuk melindungi badan dan helm las sebagai pelindung muka.

Direktur RSUD Soedjati yang akrab disapa Totok ini berharap permasalahan APD dapat diatasi sesegera mungkin. Hal ini perlu untuk pengamanan diri bagi para perawat maupun dokter sesuai standar.

“Kami harapkan pemerintah pusat maupun provinsi, kalau memang sudah ada APD mohon segera dikirim ke kabupaten. Tapi untuk sementara dengan daya upaya sendiri seadanya untuk menjadi pelindung petugas di lapangan,” ujarnya.

Disebutkan Bambang Pujiyanto, harga APD modifikasi tidak terlalu mahal sebab jas hujan yang mudah ditemui di pasaran itu dapat dibeli dengan harga Rp 50 ribu dengan model setelan atas bawah.

“Butuh penanganan peran semua elemen masyarakat termasuk himbauan pusat melakukan distancing supaya penularan bisa kita hambat, penyakit bisa kita putus.  Harapan kita, maskimal 6 bulan berhenti, syukur seperti Cina tiga bulan selesai,” tambahnya.

RSUD dr Soedjati Purwodadi ini menjadi rumah sakit terbesar di wilayah Kabupaten Grobogan. Pasien yang ditangani tidak hanya dari dalam Kabupaten Grobogan saja, melainkan dari wilayah Pati dan Boyolali mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut.

HANA ESWE-trs