blank
Stand SD Semai di ERxpo UMKM di Cofina Coffe Tahunan Jepara ( Foto : Dok )

JEPARA(SUARABARU.ID) – Kreativitas dan bahkan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi diri siswa. Karena itu sejak tahun 2017, SD Semai sebagai satu-satunya sekolah inklusi di Jepara mulai memberikan materi pembelajaran seni batik.

Namun berkat ketekunan  para pengelolanya, kini  karya mereka telah banyak dikenal warga Jepara. Bahkan ikut dipamerkan dalam Expo UMKM di Kofina Festival Jepara yang digelar tanggal 14 – 16 Februari di Kofina Coffee Pekeng, Tahunan  bersama 24 stand lainnya.

“Awalnya anak-anak hanya diberikan meteri ikat celup kain yang bisa diikuti oleh anak reguler maupun anak dengan kebutuhan khusus Ternyata anak-anak sangat senang. Juga orang tua peserta didik. Apalagi sekolah memberikan dukungan sepenuhnya.,” ujar Nur Indah Setyawati, guru SD Semai  yang mengajar materi batik.

blank
Nur Indah Setyawati (kerudung hijau), guru SD Semai

Kemudian sekolah membuat kelompok bersama wali murid dan bahkan beberapa warga sekitar untuk  membuat kelas batik. Kelas batik olah kain atau kelas batik ini semacam club ekstrakulikuler yang diselenggarakan setiap jumat jam 11 – 13.00.

Hal ini selaras dengan keberadaan SD Semai sebagai sekolah inklusi yang selalu   mengembangkan pendidikan yang humanis, bersinergi dengan orang tua, murid, guru dan warga sekitar. Karena itu seni olah kain ini kemudian bisa berkembang.

“Bahkan kini telah berkembang dengan batik  shibori, jumputan,  ecoprint, tas, aksesoris, fashion dan bahkan menyelenggaran berbagai kegiatan workshop,” ujar Nur Indah  kepada SuaraBaru.Id. saat ditemui di sela-sela Expo UMKM di Kafena Coffe,

Namun ada proses panjang untuk mencapai hal ini. “Dukungan dari Yayasan, Kepala Sekolah, Guru, orang tua murid dan bahkan warga sekitar menjadi salah satu kunci keberhasilan. Apalagi kemudian banyak orang tua yang kemudian menjadi relawan di kelas ini,” ungkap Nur Indah.

blank
Guru, orang tua siswa dan murid SD Semai Jepara

Menurut Nur Indah, bukan hanya kreatifitas yang ingin dikembangkan dalam kelas batik. “Rasa bangga memakai produk kreatif sendiri bagian penting dalam menumbuhkan kesadaraan untuk menghargai produk bangsa sendiri. Kesadaran ini mulai kita tanamkan sejak kecil, “ ungkap Nur Indah.

Kehadiran karya anak-anak ini juga menjadi  bukti bahwa sekolah inklusi pun mampu menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. “Karena itu apresiasi dan dukungan dari warga Jepara sangat kami perlukan. Caranya memakai produk batik Semai yang nilai estetikanya  berani bersaing dengan barang dari pabrik,” ujar Nur Indah.

Menurut Nur Indah, dukungan dari Kepala Sekolah SD Semai Jepara, Tri Mulyani sangat besar dalam pengembangan kelas ini. Juga dari  Ketua Yayasan Hindun Anisa.

“Kini  bahkan SD Semai  berencana membuka kelas workshop online mulai bulan Maret. Tujuannya agar bisa diikuti anak-anak lintas kota. Sebab ada beberapa permintaan  yang waktunya sama,” tutur Nu Indah Setyawati.

Hadi Priyanto