blank
Petani sedang mengikuti sekolah lapang pengelolaan hama terpadu yang diselenggarakan Dinas Pertanian Pangan Kota Magelang, (Humas Pemkot Magelang)

 

AGELANG– Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang menggelar pengamatan intensif terhadap hama utama padi sawah, sekaligus praktik pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Regulator) dan bakteri merah.

Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) sejak beberapa waktu lalu. Sekolah lapang itu diikuti 25 orang petani dari Kelurahan Magelang, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan Penyuluh Pertanian.

Kepala Disperpa Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko menjelaskan, pembuatan PGPR dan bakteri merah adalah upaya pencegahan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sejak dini. Selain itu, diharapkan dapat memperkuat kemandirian kelompok tani (poktan) dalam kegiatan usaha taninya.

Eri mengemukakan, kemandirian poktan sangat penting agar petani  mempunyai daya saing dan semakin kompetitif menghadapi era pertanian 4.0.

Petani yang sudah dapat memproduksi sebagian kebutuhan saprodinya sendiri, semisal PGPR, bakteri merah dan saprodi lainnya, akan lebih efisien dalam menjalankan usaha tani.

‘’Petani yang efisien akan dapat memproduksi dan memasarkan hasil pertaniannya dengan harga yang lebih baik,’’ katanya, Jumat (25/10).

Dia mengungkapkan, pemanfaatan PGPR dan bakteri merah akan mengarahkan petani menuju pertanian organik yang lebih ramah lingkungan. Ke depan, petani tidak hanya bisa mencapai target produksi saja, namun juga target kualitas. Ini seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang sehat dan aman.

‘’Mudah-mudahan petani di Kota Magelang dapat menangkap peluang bisnis produk organik atau setidaknya produk ramah lingkungan karena, harga jualnya yang lebih menguntungkan bagi petani,’’ ungkapnya.

Ahmad Sholikhun, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura menuturkan, PGPR sangat penting karena memiliki 3 fungsi sekaligus. Yakni pertama, sebagai bioprotectan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi).

Kedua, sebagai biofertilizer serta dapat berperan sebagai pupuk organik bagi tanaman petani. Ketiga. sebagai biofitohormon, PGPR mempunyai peran krusial sebagai zat pengatur tumbuh yang membantu reaksi ezimatis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Sedang bakteri merah sangat penting dalam membantu keserempakan proses pemasakan calon hasil produksi pangan seperti malai gabah, buah-buahan dan hasil lainnya.

‘’Kami berharap PGPR dan bakteri merah yang sudah dapat dibuat sendiri ini dapat mendukung peningkatan produksi padi petani di Kampung Tulung,’’ harapnya.

Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya mengungkapkan, secara umum pertanaman padi SLPHT masih on the track, namun perlu mewaspadai serangan walang sangit.

Dia mengimbau anggota poktan untuk segera melakukan langkah pengendalian walang sangit dengan memanfaatkan PGPR dan pestisida nabati yang sudah dibuat minggu lalu.

‘’Segera, untuk bisa dilakukan pengendalian terhadap walang sangit dengan PGPR dan pestisida nabati yang ada,’’ pintanya. (hms)

Editor : Doddy Ardjono