blank
Anjas Pramono, difabel asal Kudus yang mampu berprestasi di kancah internasional. foto:Suarabaru.id
  • “Keterbatasan fisik sama sekali tidak membuat Anjas Pramono, remaja asli Kudus ini minder. Justru, justru ketidaksempurnaan tersebut membuat mahasiswa Unibraw Malang ini semakin bersemangat untuk mengejar prestasi. Sejumlah medali dari berbagai kejuaraan internasional di beberapa negara telah dikumpulkan berkat karya-karyanya”.

Siang itu, Anjas datang dengan penampilan cukup rapi. Dengan setelan batik dan baju hitam, remaja berperawakan ceking tersebut menyambangi sejumlah awak media yang sudah menunggu. Berjalan dengan dua kruk di tangan serta, akibat cacat pada kedua kakinya, sama sekali tidak membuat dia minder.

Dengan suara lantang, Anjas cukup bersemangat menjawab semua pertanyaan dari para awak media. Dia bercerita tengah sibuk mempersiapkan diri untuk mempersiapkan diri guna memenuhi undangan ke Universitas Nebraska Amerika Serikat. Di sana, Anjas akan memaparkan konsepsi Gusjigang masyarakat Kudus.

Penasaran dengan kisah lainnya dari Anjas? Yuk simak hasil bincang-bincang penulis dengan sosok periang ini.

Sekarang sedang sibuk apa nih?

Ini lagi sibuk persiapan untuk  persiapan ikut program beasiswa YSEALI, sebuah program Exchange Fully Funded di Amerika September mendatang. Ya ini sibuk juga ngurus visa sama koordinasi sana sini. Selain itu juga harus bolak balik Kudus-Malang untuk urusan kuliah.

Wah, ke Amerika mau ketemu Donald Trump kah? Emang YSEALI itu program apa sih…

YSEALI itu semacam program beasiswa dari Universitas Nebraska khusus bagi mahasiswa terpilih dari kawasan Asia Tenggara. Untuk Indonesia, alhamdulillah saya menjadi bagian dari tiga orang terpilih yang menyisihkan 3 ribu pendaftar. Dan yang paling saya bangga, diantara tiga orang yang terpilih, hanya saya yang merupakan penderita difabel.

Di Amerika, saya akan memaparkan konsepsi Gusjigang sebagai sebuah spirit kehidupan sosial masyarakat Kudus di White House, tempat presiden AS Donald Trump berkantor. Di sana, konsep ini akan dipresentasikan dan mungkin diuji oleh para profesor di sana. Diharapkan, dari presentasi tersebut akan muncul formula baru yang bisa diterapkan di tanah air.

Amerika ini kunjungan ke luar negeri yang ke berapa kali. Sebelumnya di mana aja? Boleh cerita dong..

Amerika ini merupakan negara keenam  yang saya kunjungi. Sebelumnya, ada beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, India dan China yang pernah saya datangi dalam rangka ikut berbagai lomba. Alhamdulillah, dari lomba-lomba tersebut ada 9 medali baik emas, perak dan perunggu serta belasan sertifikat internasional yang saya raih.

Ini merupakan bukti saya, seorang Anjas yang memiliki keterbatasan fisik, tapi dikaruniai Allah kelebihan lain hingga mampu membawa harum nama bangsa di pentas internasional.

Emang, medali dan penghargaan itu dari lomba apa saja?

Ada beberapa aplikasi hasil karya saya dan tim sesuai bidang ilmu teknologi informatika yang saya geluti. Sejak awal mahasiswa, saya tertarik untuk membuat sebuah aplikasi terutama yang terkait dengan penyandang disabilitas. Saya juga membuat sebuah aplikasi bernama Difodeaf (Dicrionary for Deaf) yang akhirnya meraih medali emas di sebuah ajang perlombaan si Malaysia.

Aplikasi Difodeaf tersebut semacam kamus online bagi penyandang tunarungu. Caranya, dengan mempermudah masyarakat umum belajar bahasa isyarat. Jika sudah banyak yang paham bahasa isyarat, akan semakin banyak orang yang bisa berkomunikasi dengan penyandang tunarungu.

blank
Aplikasi Difodeaf, sebuah kamus bahasa isyarat yang dikembangkan Anjas. foto:Suarabaru.id/

Memang, aplikasi Kamus Bahasa Isyarat bukanlah yang pertama. Hanya, Anjas mengklaim kamusnya lebih canggih. Dia menerangkan, aplikasi yang sudah ada sebelumnya hanya bisa digunakan untuk menerjemahkan satu kata. Sementara, kamus ciptaannya ini bisa menerjemahkan dalam bentuk kalimat.

Ada lagi aplikasi untuk pemberdayaan UMKM bagi kaum penyandang disabilitas. Melalui aplikasi tersebut, kaum disabilitas bisa ikut memanfaatkan untuk jual beli online. Aplikasi untuk melacak tempat umum yang ramah disabilitas, juga pernah saya buat.

Memang sebagian besar aplikasi yang saya buat diperuntukkan bagi penyandang disabilitas. Tapi ada pula aplikasi tracking online angkutan kota, agar memudahkan pengguna angkutan umum mengetahui lokasi angkutan umum. Aplikasi ini sudah saya ujicobakan di Malang.

Wah, keren juga. Ngomong-ngomong, bagaimana sih pendapat kamu tentang perhatian pemerintah terhadap hak-hak kaum disabilitas.

Bagi saya, kaum disabel buka kelompok yang harus dikasihani, melainkan harus dipandang sebagai kelompok yang memiliki hak yang sama di tengah masyarakat. Namun demikian, saya kira banyak daerah, dan salah satunya Kudus, pemegang kebijakan masih belum memberikan hak yang sama terhadap kelompok disabilitas.

Hak tersebut bukan hanya kemudahan akses bagi disabilitas untuk menikmati layanan publik, tapi juga hak-hak disabilitas di bidang lain seperti keseteraan di bidang pendidikan, akses ekonomi, kemudahan berusaha dan yang lain. Yang jelas, diskriminasi terhadap kelompok difabel harus dihentikan.

Untuk itu, saya minta pemerintah tidak hanya menjadikan kaum difabel sebagai obyek kebijakan saja. Bahkan, kalau bisa kelompok difabel harus diikutsertakan dalam proses pengambilan kebijakan terutama yang terkait dengan hak-hak mereka.

Di kampus, saya yang kebetulan Ketua PMII Komisariat Unibraw juga sering memimpin aksi memperjuangkan hak-hak disabilitas ke Pemerintah Kota Malang. Saya harap, ini menjadi penyemangat buat semua penyandang disabilitas untuk terus tidak mau dipandang sebelah mata.

Memang kamu pernah punya pengalaman mendapat diskriminasi?

Ya, pernah saat saya masuk ke bangku SMP 2 Gebog. Di sana, hati saya pernah hancur saat saya hampir ditolak untuk masuk ke sekolah tersebut. Guru dan pihak sekolah beralasan tidak ada fasilitas bagi orang seperti saya untuk sekolah di situ, dan minta saya pindah ke SMP LB. Nah, di situ mental saya sempat hancur dan nilai saya buruk. Saya pun sering mendapat perundungan dari teman-teman.

Tapi, dari situ semangat saya bangkit. Saat masuk di SMA 2 Kudus, saya mulai berusaha menunjukkan prestasi. Berbagai kejuaraan pun saya ikuti dengan bekal semangat dan tekat kuat. Alhamdulillah, sekarang ada hasil yang bisa saya banggakan.

Sedikit ke masa lalu, kekurangan fisik kamu apa terjadi sejak lahir?

Saya terlahir normal. Namun, sejak kecil saya sering mengalami patah tulang. Bahkan, hingga SD, tak terhitung berapa kali saya patah tulang.

Ternyata, di kemudian hari, saya divonis dokter menderita sebuah penyakit ostegonenesis imperfecta, yang katanya  merupakan penyakit langka dan hanya ada 20 ribu penderita di muka bumi ini. Penyakit tersebut membuat tulang saya sulit mengeras pada saat anak-anak.

Tapi, alhamdulillah kini, tulang saya sudah mengeras. Namun, karena sering patah dan tidak bisa langsung dioperasi, maka struktur tulang saya pun tidak bisa sempurna. Dan akhirnya saya harus menerima keadaan seperti ini.

Tapi saya bersyukur kepada Allah, melalui karunia ini saya justru bisa berprestasi. Mungkin ini adalah kehendak Nya.

Terakhir, kamu sudah punya pacar belum?

Wah,  ini susah jawabnya. Sebab, kalau saya jawab sudah, tentu akan membuat patah hati followers saya di medsos. Tapi kalau saya jawab belum, saya khawatir ada yang kecewa..ha..ha..ha…

Suarabaru.id/Tm