KUDUS – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj menegaskan persoalan pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Pernyataan tersebut menyikapi rumor permintaan jatah menteri khusus bagi NU.
Menurut Said, sejauh ini juga belum ada pembicaraan apapun antara presiden dan wapres terpilih Jokowi-Maruf Amin terkait pembentukan kabinet tersebut.
“Enggak, itu (pembentukan kabinet) bukan urusan saya. Itu urusan Pak Jokowi,” kilahnya Said Aqil usai menghadiri acara Pelantikan PCNU Kudus dan Halaqah Kebangsaan, di gedung JHK Kudus, Minggu (7/7).
Namun demikian, menurut Said, NU akan siap menyiapkan kader-kader terbaiknya jika nanti mendapat amanah untuk menjadi menteri. Menurutnya, NU akan menyiapkan berapapun calon menteri di kabinet baru, bila memang Jokowi memintanya.
“Berapa saja dimintanya, saya siap,” katanya.
Dikatakan, meski pembentukan kabinet bukan ranah NU, tapi NU sanggup menyodorkan kader-kader terbaiknya. Said menegaskan bahwa NU sanggup menyodorkan kader-kader terbaiknya jika diminta. Namun, dia kembali menegaskan bahwa pembentukan kabinet bukan ranah NU.
“Ya kalau diminta, siap. Tapi bukan urusan NU, urusan partai politik,” kata dia.
NU Setia NKRI
Selain berkesempatan melantik pengurus PCNU Kabupaten Kudus, dalam kesempatan tersebut Said Aqil juga berkesempatan menyampaikan halaqah kebangsaan. Dalam penyampaiannya, Said menyampaikan ideologi Ahlussunnah Wal Jamaah bagi Nahdlatul Ulama merupakan harga mati.
Dalam bernegara dan berbangsa, NU juga menegaskan NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika juga merupakan harga mati, dan merupakan kebenaran yang harus dipertahankan.
”Bagi warga NU, Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan harga mati, begitu juga dengan NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya.
Menurutnya, prinsip kebangsaan merupakan nilai-nilai yang diturunkan oleh pendiri KH Hasyim Asyari selaku pendiri NU. Salah satunya ditunjukkan dengan jargon ‘Hubbul Waton Minal Iman’ (Cinta Tanah Air merupakan bagian dari iman).
”Tidak ada ulama di Timur Tengah satu pun yang memiliki jargon kebangsaan seperti yang disampaikan Mbah Hasyim Asyari,” katanya.
Suarabaru.id/