blank

Awas Diskalkulia, Untuk Anak Malas Matematika!

Oleh : Imadu Biladina dan Nila Ubaidah S.Pd, M.Pd

Tahukah anda tentang istilah Diskalkulia? Diskalkulia adalah kesulitan dalam belajar atau memahami aritmatika, seperti kesulitan dalam memahami angka, belajar bagaimana memanipulasi angka, melakukan perhitungan matematis dan fakta belajar dalam matematika.

Diskalkulia ini umumnya dilihat sebagai persamaan matematis dengan disleksia(bahasa Inggris: dyslexia) adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-rata.

Diskalkulia juga diartikan sebagai kesulitan belajar yang terkait dengan perhitungan matematika. Tidak semua Anak yang sulit belajar aritmatika, dikatakan memiliki penyakit diskalkulia. Hal ini dikarenakan pelajaran matematika merupakan pelajaran yang cukup sulit untuk dipelajari bagi anak. Sehingga diskalkulia pada anak yang belajar matematika hampir sama sekali tidak dikenali (tidak tampak). Banyak orang tua yang tidak mempercayai dan tidak mengetahui kalau anak mereka mengalami diskalkulia. Karena para orang tua percaya bahwa kemampuan anak mereka memang seperti itu dan tugas guru-guru matematika di sekolah adalah membantu anak mereka memahamkan materi pelajaran matematika.

Istilah lain diskalkulia adalah “math difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatifyang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating).

Apakah Diskalkulia termasuk kelainan yang biasa pada anak-anak yang tidak mau belajar matematika?

Anak berkesulitan belajar matematika (Diskalkulia) bukan tidak mampu belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak siap belajar. Matematika sering menjadi pelajaran yang paling ditakuti di sekolah. Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita. Anak-anak diskalkulia tidak bisa mencerna sebuah fenomena yang masih abstrak.

Biasanya sesuatu yang abstrak itu harus divisualisasikan atau dibuat konkret, baru mereka bisa mencerna. Selain itu anak Diskalkulia berkesulitan belajar matematika dikarenakan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, metode pembelajaran yang cenderung menggunakan cara konvesional, ceramah dan tugas. Guru yang kurang mampu memotivasi anak didiknya. Ketidaktepatan dalam memberikan pendekatan atau strategi pembelajaran juga memicu semakin parahnya Diskalkulia.

Penderita diskalkulia diperkirakan berjumlah sekitar 3-6% dari seluruh populasi dunia dengan tingkat IQ yang berbeda-beda. Diskalkulia sering dikaitkan dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Hal ini mengacu pada penelitian yang menunjukkan seperempat dari penderita diskalkulia yang ditemui ternyata juga merupakan penderita ADHD. Sejauh ini, satu-satunya alasan mengapa diskalkulia bisa menyerang 3-6 dari 100 orang adalah faktor genetik. Hal ini pula yang membedakan diskalkulia dengan akalkulia. Akalkulia adalah ketidak mampuan seseorang dalam memproses informasi matematika dikarenakan kerusakan otak (brain injury), sedangkan diskalkulia diturunkan dari generasi ke generasi.

Beberapa asumsi terkait penyebab diskalkulia diluar faktor genetika adalah kelahiran prematur dan konsumsi alkohol pada saat kehamilan, namun hal ini tidak bisa dijadikan acuan yang tepat. Asumsi lain terkait penyebab diskalkulia adalah faktor psikologi, yang bisa dikarenakan trauma atau ketakutan berlebihan atas matematika yang bisa saja disebabkan pengalaman buruk terkait pembelajaran matematika.

Bagaimana cara kita memahami gejalanya pada anak?

  • Proses penglihatan atau visual yang lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.
  • Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung antara masa lampau dan masa depan).
  • Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama,misalkan angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan menggunakan kalkulator.
  • Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).
  • Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
  • Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.
  • Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang (misalkan di kasir).
  • Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
  • Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan mengingat skor dalam pertandingan olahraga.

Solusi apakah yang harus kita lakukan jika anak kita terkena Diskalkulia?

Meskipun diskalkulia diturunkan secara genetik, bukan berarti tidak ada hal yang bisa kita lakukan untuk menolong penderita diskalkulia. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak dengan diskalkulia memahami matematika. Solusinya antara lain:

  1. Matematika sering kali menjadi hal yang sangat menakutkan bagi anak diskalkulia. Oleh sebab itu, jadikan pembelajaran matematika menjadi hal yang menarik. Misalnya, dengan mengajarkan matematika menggunakan permainan seperti number bingo, flash card, dan lain-lain.
  2. Anak dengan diskalkulia akan sangat sulit dalam memahami konsep matematika, oleh sebab itu, berikan gambaran yang jelas dan konkrit terkait konsep. Misalnya dengan memberikan contoh konkret menggunakan grafik dan diagram, maupun gambar.
  3. Biarkan anak mengeksplorasi diri mereka. Ajarkan perhitungan mudah dengan menggunakan jari, kertas scratch, atau alat peraga lain yang mudah digunakan dan mudah ditemui. Jangan memaksa anak untuk menghafal karena hal ini akan memperburuk keadaannya.
  4. Bantu anak memvisualisasikan setiap tanda baca dengan cara memanipulasi tanda. Misalkan minus memilki tanda (-), memiliki arti hilang. Sedangkan plus (+) artinya datang, sehingga jumlahnya menjadi banyak. Memanipulasi tanda akan sangat membantu anak diskalkulia dalam proses perhitungan sebab dengan cara ini mereka akan paham akan arti dari setiap tanda serta membuat mereka terhindar dari penggunaan istilah matematika yang rumit.
  5. Gunakan pensil warna yang berbeda untuk menggambarkan setiap masalah. Seperti misalnya menggunakan warna merah untuk tanda minus (-), hijau untuk tanda plus (+), dan lain-lain. Hal ini akan membantu anak dalam mengartikan simbol agar tidak rancu.
  6. Putarkan musik saat proses pembelajaran. Musik sangat membantu anak diskalkulia untuk merasa rileks selama pembelajaran. Musik juga membantu dalam hal menciptakan kondisi yang jauh dari tekanan. Dalam hal ini, pemilihan musiknya bisa musik classic, murotal, religi, atau musik-musik yang bisa memberikan efek tenang dan rileks bagi pendengarnya.
  7. Pembelajaran dilakukan secara teratur dan bertahap. Jangan terlalu memaksa serta memberikan target khusus pada anak diskalkulia. Berikan mereka kepercayaan untuk mengembangkan diri.
  8. Kenali, konsultasi dan Terapi sedini mungkin, jika sudah ada tanda-tandakesulitan belajar dalam memahami matematika (termasuk tentang simbol-simbol matematika, dan pada saat mengerjakan tugas yang melibatkan angka).
  9. Rangkul dan berikan perhatian khusus bagi mereka, agar termotivasi untuk belajar matematika.
  10. Jadilah sahabat mereka yang siap mendampingi mereka dalam melewati kesulitan-kesulitan tersebut. (Suarabaru.id/Imadu Biladina dan Nila Ubaidah S.Pd, M.Pd / Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang).