blank
MENGGELAR DAGANGAN: Salah satu pedagang bengkoang menggelar dagangannya di tepi jalan antarkecamatan jurusan Rembang-Pamotan.(Djamal AG)

REMBANG -Dalam beberapa pekan terakhir, di sepanjang jalan antarkecamatan jurusan Rembang-Pamotan banyak ditemui pedagang bengkoang (jenis ubi) yang menggelar dagangannya. Ada pedagang yang sengaja membuat kios semi permanen, namun ada juga yang hanya menggelar dagangannya di tepi jalan.

Kondisi tersebut disebabkan karena musim panen bengkoang telah tiba. Buah berbentuk bulat yang cocok dibuat rujak, karena memiliki rasa segar itu memang banyak ditanam oleh petani di wilayah Pamotan.

Pada masa panen raya ini, produksi meningkat dan pedagang bengkoang juga bertebaran. Salah seorang petani bengkoang di Desa Japerejo, Jamin (53), mengatakan panen bengkoang tahun ini sebenarnya cukup melimpah. Hal itu disebabkan banyak para petani yang menanam bengkoang cukup banyak, dan mereka juga melakukan tanam secara bersamaan. Sehingga pada saat panen produksi terlihat banyak dan pedagang bengkoang juga bertebaran.

Deretan penjual bengkoang yang banyak ditemui di sepanjang jalan jurusan Rembang-Pamotan itu tak henti-hentinya menawarkan dagangannya kepada orang yang melintas. Bengkoang Rembang terkenal dengan rasanya yang manis sehingga diminati banyak orang.

Berdasarkan pengamatan suarabaru.id, harga buah tersebut di tingkatan pedagang memang sangat bervariasi. Untuk bengkoang yang berkualitas sedang dijual dengan harga antara Rp 5000-Rp 6000 setiap gombyok/gendel (isi 10-15). Sedangkan yang berkualitas super dijual dengan harga Rp 8000-Rp 10 ribu per gombyok.

Bengkoang kualitas sedang biasanya memiliki ukuran kecil, karena dipetik dari batang bagian bawah. Sedang yang kualitas super dipetik dari batang bagian paling atas. Namun keduanya sama-sama memiliki rasa manis, dan dagingnya empuk.

Karena setiap tahun selalu panen bengkoang, maka petani di daerah itu identik dengan petani bengkoang. Padahal, mereka juga melakukan tanam padi. Namun pada saat musim tanam palawija, mereka memilih untuk menanam bibit bengkoang dari pada bibit tanaman palawija lainnya.

Menurutnya, bengkoang asal Rembang bahkan juga dijual hingga ke luar daerah, yakni sampai ke Jakarta. Setiap panen tiba, pedagang buah dari berbagai kota lain datang ke daerah yang menjadi markasnya tim PSIR itu untuk membeli bengkoang.

‘’Pada masa panen raya seperti sekarang ini, berton-ton bengkoang diangkut truk untuk dijual ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogya. Itu sebabnya bengkoang Rembang jadi terkenal,’’ kata pedagang buah asal daerah setempat, Rasimin (46).

Pedagang itu biasanya membeli dengan sistem tebas. Dia membeli langsung satu petak tanaman bengkoang yang belum dipanen. Harganya bervariasi, mulai Rp 300 ribu-Rp 500 ribu setiap petaknya. Harga itu juga disesuaikan dengan luas tanaman yang ada.

Musim panen bengkoang memang datang mulai awal Maret hingga April. Jika cuaca bagus, atinya hujan tidak begitu deras maka buah bengkoang yang dihasilkan besar-besar dan rasanya manis.

Karena harga jualnya yang menjanjikan maka sebagian besar petani di wilayah Rembang bagian timur, seperti Pamotan, Pancur, dan Sluke selalu menanam bibit bengkoang setelah selesai panen padi.

Asisten II Sekda, Ir Harsono MM mengatakan pihaknya sangat senang karena daerahnya yang dikenal gersang bisa menghasilkan buah-buahan, salah satunya adalah bengkoang.

‘’Kami juga punya desa-desa penghasil buah durian dan duku,’’ katanya.(suarabaru.id/Djamal AG)