Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

JC Tukiman Tarunasayoga

EMPAT kata pada judul di atas pasti sering terucapkan,  lebih-lebih kata gratis. Kata gratis sering menjadi “embel-embel” sebagai daya tarik untuk suatu kegiatan, agar banyak orang tertarik datang, misalnya.

Daya tarik gratis jauh lebih mujarab dibandingkan dengan diskon. Padahal dengan mencantumkan kata-kata “diskon sampai dengan 20%” banyak orang sudah berduyun-duyun datang, apalagi gratis.

Rupanya karena kata gratis inilah kemenangan besar pasangan capres-cawapres pada Pilpres Februari 2024 lalu terakumulasi.

Lelahanan

Gratis, dalam bahasa Jawa bermakna lelahanan, tanpa bayar. Tentu maksudnya tanpa mbayar tumrap sing nampa barang, tidak harus membayar bagi mereka yang menerima barang. Misalnya, makan siang gratis, itu artinya bagi mereka yang menikmati makan siang itu, mereka menerimanya secara cuma-cuma (gratis); padahal yang nraktirlah yang membayarnya kepada pemilik rumah makan.

Itulah mengapa ada semacam pepatah dalam bahasa Inggris: No free lunch —tidak ada makan siang gratis (sejatinya), karena pasti ada saja yang membiayainya. Dalam konteks Makan Bergizi Gratis (saya usul disingkat Makzigra atau Makzitis) makna gratis harus dimengerti: Lha iya wae, lha wong biaya APBN.

Baca juga Mumpung Mimpang Mampang-Mampang

Lelahanan itu gambaran konkritnya berlatar belakang agraris. Konon, para petani selalu bergelut mengolah lahan sawah lewat membajak dan sebagainya sampai menjadikan tanah sawah itu menjadi seperti lumpur, seperti bubur serba lembek, dan kondisi itu menandakan siap untuk ditanami.

Kondisi lembek serba lumer siap ditanami seperti itulah seolah-olah menunjukkan betapa mudahnya para penanam padi untuk melaksanakan tanam bibit. Lelahanan, enak kepenak, tanpa harus rekasa lagi, gratis, tanpa mbayar. Begitulah kira-kira.

Grasi dan grathil

Kurang lebih seperti itulah makna grasi bagi orang-orang terhukum. Yakni, orang menerima pangapura, sudaning siksa paukuman; terhukum menerima pengurangan hukuman. Siapa yang memberi “gratis” itu? Pimpinan negara melalui kekuasaannya dapat memberikan sekian bulan (atau tahun?) pengurangan masa hukuman sebagai hadiah gratis, tanpa mbayar.