blank
Ilustrasi, mahasiswa gen Z sedang melaksanakan praktik lapangan. Foto: Reka: wied SB.ID

Salah satu tantangan terbesar bagi Gen Z adalah menemukan jati diri mereka di tengah banyaknya informasi dan ekspektasi dari berbagai pihak. Mereka sering kali merasa bingung dengan tekanan untuk tampil sempurna, terutama di media sosial. Sebagai dosen, kita bisa membantu mereka dalam proses ini dengan membimbing mereka untuk mengenali potensi diri mereka, menghargai keunikan mereka, dan memperkuat rasa percaya diri mereka.

Seorang dosen dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan refleksi diri, baik melalui penulisan jurnal pribadi atau melalui diskusi tentang tujuan hidup dan karier mereka. Dengan cara ini, mahasiswa dapat belajar untuk memahami apa yang mereka inginkan, serta bagaimana cara meraih tujuan mereka. Dosen juga bisa berperan sebagai mentor, memberikan nasihat yang membangun dan mendukung mahasiswa dalam pencarian jati diri mereka.

Gen Z adalah generasi yang sangat terhubung dengan dunia digital, namun mereka juga cenderung mudah kehilangan minat jika tidak merasa terlibat atau jika materi kuliah dianggap membosankan. Sebagai dosen muda, penting untuk terus menjaga keterlibatan mereka dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membuat materi kuliah lebih relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Menggunakan contoh kasus nyata, mengundang pembicara tamu yang inspiratif, atau bahkan melakukan kunjungan ke perusahaan atau lembaga yang relevan dengan topik kuliah, adalah beberapa cara untuk menjaga semangat dan antusiasme mahasiswa. Gen Z suka belajar dengan cara yang menarik dan bervariasi, dan dosen muda harus mampu menyediakan pengalaman belajar yang tidak hanya teori, tetapi juga penuh dengan praktik dan pembelajaran kontekstual.

Dengan demikian, Pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang membimbing mahasiswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih siap menghadapi dunia. Mengajar Gen Z bagi seorang dosen bukan sekadar tugas, melainkan sebuah kesempatan emas untuk menginspirasi dan membentuk masa depan yang lebih dinamis. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik mereka yang terbiasa dengan teknologi, belajar secara kolaboratif, dan selalu mencari makna dalam setiap hal bagi seorang dosen yang memiliki kekuatan untuk merancang pengalaman belajar yang tidak hanya relevan, tetapi juga memicu kreativitas dan keterampilan praktis.

Melalui pendekatan yang memanfaatkan teknologi, pembelajaran kolaboratif, serta pengembangan soft skills, seorang dosen tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk generasi yang lebih kritis, adaptif, dan siap menghadapi tantangan global. Dalam setiap sesi perkuliahan, ada peluang untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga menciptakan pemimpin masa depan yang berani bermimpi dan berinovasi.

Sebuah perjalanan edukasi yang menarik dan penuh potensi untuk mencetak generasi yang siap mengguncang dunia. ***

Sinta Pramucitra, Pengajar di Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi USM