WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Kecelakaan lalu lintas, Rabu (29/1/25), terjadi lagi ruas jalan Tanggulangin yang dikenal angker. Sebuah truk mengalami kecelakaan tunggal, yakni menabrak pohon turus jalan (pohon peneduh tepi jalan). Tidak ada korban jiwa, tapi sisi samping kiri bak truk bagian depan mengalami kerusakan.
”Berulangkali terjadi kecelakaan, lokasinya selalu di tempat sama, yang di situ terus,” jelas Eko. Warga Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, ini menduga ada hal di luar nalar manusia, mengapa kecelakaan terus terjadi berulang-ulang yang lokasinya selalu di tempat sama.
Sopir yang mengalami kecelakaan, menuturkan, dirinya mendadak kesulitan mengarahkan laju truknya, agar tidak nyelonong ke sisi tepi jalan. Tapi kesulitan, karena kemudi mendadak seperti terkunci. Dampaknya, truk baru berhenti setelah menabrak pohon tepi jalan. Pada kasus kecelakaan yang lain, truk baru berhenti setelah terguling ke saluran air yang berada di sisi luar jalan.
Kasus kecelakaan yang berulangkali terjadi di ruas jalur angker Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, ini menjadi viral di Media Sosial (Medsos) dan menjadi perbincangan hangat masyarakat yang dikaitkan dengan mistis. Hal ini terkait dengan kondisi jalan turunan-tanjakan Tanggulangin, yang telah belasan kali ‘menjebak’ para sopir hingga mengalami kecelakaan.
Awalnya, masyarakat menduga karena selepas permukaan jalan diaspal hotmix menjadi licin, terlebih di waktu turun hujan. Tapi dugaan ini, dibantah sesama warga yang menyebutkan tidak hujan pun juga terjadi kecelakaan di tempat sama. ”Jangan menyalahkan jalannya,” sergah Hartanto. Warga Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, ini, menyatakan, saat jalan masih dalam kondisi berlubang disebutkan sebagai pemicu kecelakaan, dan setelah diaspal halus masih dianggap sebagai pemicu kecelakaan.
Mbah Marhen, tokoh spiritual dari Komunitas Banyu Bening, Purwantoro, Wonogiri, menyebutkan, kalau masyarakat menyatakan ruas jalan Tanggulangin angker, itu benar adanya. Sebab, ada anasir gaib sengkala marga di ruas jalan tersebut yang menjadi penyebab terjadinya berulang kali kecelakaan. ”Mestinya ini harus ada upaya spiritual untuk membebaskannya dan sekaligus dilakukan pemagaran gaib di ruas jalan Tanggulangin,” ujar Mbah Marhen (Marhendi) yang pernah menjadi Anggota DPRD Kabupaten Wonogiri ini.
Ruwatan
Upaya spiritual membebaskan gaib negatif di jalan angker Tanggulangin, dapat dilakukan dengan ritual ruwatan. Ini sebagaimana pernah dilakukan di era Tahun 1990-an oleh komunitas Bolo Roda Terminal Krisak (lama). Sebab di jalur terminal Krisak sampai Pule, berulang kali terjadi kecelakaan dan selalu korbannya meninggal. Pasca-ruwatan yang dilakukan Dalang Ki Miyono, sampai sekarang, tidak lagi terjadi kecelakaan.
Seniman dalang Ki Eko Sunarsono, menyatakan, kalau di Tanggulangin belum ada komunitas yang terpanggil untuk memprakarsai ruwatan. Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningrat yang Abdi Dalem Keraton Surakarta, menyatakan, ritual ruwatan merupakan bentuk local wisdom sebagai ikhtiar cara Kejawen dalam memohon perlindungan kepada Tuhan.
Seperti pernah diberitakan, Polres Wonogiri telah menetapkan Tanggulangin di Kilometer (KM) 35 jalur antarprovinsi Wonogiri (Jateng)-Ponorogo (Jatim) sebagai ruas jalan black spot. Yakni lokasi rawan karena sering terjadi kecelakaan.
Berkaitan ini, Satlantas Polres Wonogiri telah memasang rambu lalu lintas tambahan, yakni peringatan agar berhati-hati di ruas jalan Tanggulangin. Tujuannya, agar para pengemudi saat melintas di ruas jalan Tanggulangin, Jatisrono, Wonogiri, meningkatkan kewaspadaannya dan bersikap hati-hati dengan mengedepankan aspek safety (keselamatan).
Demi mewujudkan Keamanan Keselamatan Ketertiban Kelancaran Lalu Lintas (Kamseltibcarlantas), warga mendesak Dinas Perhubungan (Dishub) perlu menguji ulang tentang kelaikan Jalan Tanggulangin. Kepala Dishub Kabupaten Wonogiri, Waluyo, menyatakan, telah berusaha mengkoordinasikannya ke Dishub Provinsi Jateng di Semarang. Sebab Tanggulangin masuk ruas jalan provinsi, yang kewenangannya berada di tingkat regional.(Bambang Pur)