WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Pelatih Wijaya Kusuma FC Cilacap Mohammad Yahya mengaku pertandingan di babak pertama melawan PSIW di lapangan Tanggulasi Manggis Leksono Wonosobo, Minggu (26/1/2025) sore, sebenarnya berjalan cukup lancar dan sportif.
“Tapi pada saat terjadi gol di menit 25 babak kedua oleh pemain PSIW, tejadi pelanggaran dan pencetak gol dalam posisi offside. Maka kami protes pada keputusan wasit,” berangnya.
Gol sendiri diciptakan oleh pemain depan PSIW Kiki Apriyoko (18). Gol bermula dari kemelut bola di depan gawang Wijaya Kusuma FC. Bola crosing berhasil dishooting pemain tengah PSIW, Reza Lehan alias Cepot.
Setelah itu, terjadi bola reborn sampai dua kali. Bola reborn kedua disundul Kiki hingga menjebol gawang lawan. Wasit meniup peluit dan menunjuk titik putih di tengah lapangan pertanda gol tersebut sah.
Tapi pemain, pelatih dan official Wijaya Kusuma FC protes. Mereka menganggap pemain PSIW melakukan pelanggaran terlebih dahulu dan pencetak gol dalam posisi offside. Sayang, protes itu tak membuahkan hasil.
M Yahya berkilah, jika keputusan wasit itu mutlak, mutlaknya seperti apa? Itu yang dia pertanyakan. Kepuasan wasit, menurutnya, bisa dirubah. Meski di Liga 4 Jateng tidak ada wasit VAR, mestinya wasit berlaku fair.
“Kenapa pemain saya minta berhenti. Karena permainan sudah dalam tensi yang tinggi. Kami tidak mau terjadi apa-apa jika pertandingan tetap dilanjutkan. Pasti pertandingan berlangsung semakin keras dan akan terjadi banyak pelanggaran,” ujarnya.
Dia mengaku mental pemain Wijaya Kusuma FC pasti akan down dengan keputusan wasit yang tidak fair. Liga 4 Jateng digelar tujuannya untuk pembinaan pemain muda. Tapi kalau keputusannya janggal seperti itu, akan mematikan mental pemain.
Permintaan Owner
Menurut M Yahya, penyelenggaraan Liga 4 dilakukan dalam rangka untuk memajukan sepak bola di Jawa Tengah. Tapi kalau kepemimpinan wasit seperti itu, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. Dia siap bersama-sama untuk memajukan dunia persepakbolaan di daerah.
Permintaan Owner
“Dari awal permainan dengan PSIW sudah cukup bagus. Tapi sejak keputusan wasit seperti itu, nanti bisa terjadi keributan dan perkelahian antar pemain. Itu yang kami tidak mau dan lebih baik menghentikan pertandingan,” tegas dia.
Di samping itu, lanjut M Yahya dalam konferensi pers usai pertandingan, Wijaya Kusuma FC memilih laga dihentikan, berdasarkan perundingan dan keputusan dari managemen dan owner.
“Pelatih kan di atasnya ada managemen. Karena managemen oke, pemain oke. Pelatih juga oke pertandingan dihentikan. Daripada dilanjutkan justru terjadi hal-hal yang tidak diiinginkan,” tukasnya.
M Yahya mengaku, pihaknya dan pemain melihat proses terjadinya gol. Karena itu, dia melakukan protes. Padahal dari menit awal babak kedua hingga menjelang menit ke-25, pertandingan enak sekali ditonton.
“Tapi sejak ada keputusan wasit seperti itu, semua jadi rusak. Keputusan wasit yang sudah diambil, apakah tidak bisa dirubah. Wasit dan asisten wasit harus melakukan musyawarah. Kan seperti itu, pelanggaran bisa dilihat dari pinggir lapangan,” katanya.
Dia menyebut keputusan wasit memang mutlak. Tapi, lanjutnya, apakah wasit tidak punya salah. “Coba ada yang bisa jawab. Wasit yang tidak pernah salah kan tidak ada. Wasit adalah manusia, jika lalai bagaimana,”? tanyanya.
Keputusan melakukan walk out, sekali lagi tambah M Yahya, adalah karena owner Wijaya Kusuma FC menghendaki pertandingan dihentikan. Maka selaku pelatih meminta para pemain untuk meninggalkan lapangan dan tidak melanjutkan pertandingan.
Muharno Zarka