JC Tukiman Tarunasayoga
SELEPAS membahas ngucing, –wong sing kepingin banget dadi …………- tiba saatnya kita bicara tentang mbajing. Memang sedikit sekali keterkaitan antara kucing dan bajing, selain sama-sama disebut hewan; namun sayang jika mbajing tidak dibahas segera setelah ngucing.
Mengapa? Momentum pembahasannya pas banget, mengingat dewasa ini, ada saja orang yang karena kepingin banget, lalu ia akan bertindak nekat seperti bajingan.
Bajing itu tupai, binatang relatif kecil dan memiliki kemampuan hebat untuk ngrikiti, yaitu mengerat, apa saja, terutama kelapa. Bajing itu sebesar tikus, tetapi karena ekornya panjang dan bagian ujung ekornya itu berbulu lebih lebat, mengesankan bajing lebih besar perawakannya dibanding tikus.
Hebat bajing lainnya, ia sangat lincah meloncat dari satu dahan pohon setinggi apa pun ke dahan pohon lainnya. Bajing menjadi musuh utama petani kelapa karena pinternya ngrikiti kelapa dalam waktu singkat. Sehabis mengerat satu butir kelapa, dimakan secukupnya kelapa itu, bajing segera pindah ngrikiti butir lainnya.
mBajing
Lain bajing, lain pula mbajing. Ada dua arti mbajing, yaitu (1) dadi bajingan, menjadi bajingan, dan (2) dadi buruh nglakokake grobag, bekerja sebagai sais/kusir gerobak yang ditarik sapi. Nah……tentang sopir grobag ini perlu dijelaskan sejarahnya.
Baca juga Ngucing
Di era ketika moda pengangkut barang belum sehebat dan sebanyak mobil seperti sekarang; dulu gerobag menjadi pilihan utama. Gerobak menjadi moda angkut barang antardaerah, banyak dipilih karena daya muatnya banyak, dan karena dua sapi pengangkutnya biasanya lauh lebih kuat dan tahan lama dibandingkan kuda.
Andong atau dokar yang umumnya ditarik satu kuda itu dipilih atau diutamakan untuk mengangkut orang sebagai penumpangnya; sedang grobag untuk pengangkut barang.
Mengangkut barang di gerobak penuh risiko, antara lain dibegal penyamun di tengah jalan. Oleh karena itu, persyaratan utama untuk mbajing adalah seorang pemberani, wani gelute terhadap siapa saja. Ingat, grobag biasanya beroperasi di malam hari agar sapi-sapi itu tidak kena terik matahari. Di sisi lain, malam hari penuh bahaya dibegal; maka sopir gerobaknya kudu wani mbajing, dadi bajingan.
Bajingan
mBajing itu profesi dan orangnya pasti orang-orang terpilih, termasuk juga ditakuti oleh orang kebanyakan. Apalagi, di koplakan, yaitu terminal atau pun rest area grobag-grobag itu mangkal, para mbajing itu berkumpul, makan dan minum, ngobrol dan mungkin juga bertengkar; jadilah perkumpulan itu eklusif banget.