Ada juga di koplakan itu judi, minum-minuman bikin fly, dan tidak lupa pula pasti ada para wanita tukang pijat, dan lain-lain.
Baca juga Kuwalat
Itulah komunitas eklusif yang kemudian disebut bajingan, perkumpulannya orang-orang dengan profesi mbajing. Nahhhh…………. dalam perkembangannya, kosakata bajingan lalu diperuntukkan juga bagi wong kang gaweane ngutil, nyolong, nyrobot, tukang gelut, yaitu orang-orang yang “profesinya” mencopet, ngrampas barang orang, dll. Sebutlah preman. (Kosakata bajingan juga menjadi nama makanan, tela bajingan, singkong dimasak dengan cara dimasukkan ke dalam tuak kelapa, badheg; uenakkkkkkkkk tenan).
Maaf seribu maaf, kalau di zaman now sekarang ini, misalnya tiba-tiba ada orang marah-marah berteriak: “Bajingan loe………..” itu maksudnya ia marah kepada seseorang yang kelakuannya dipersepsikan mirip-mirip dengan sopir grobag tadi: suka berantem, nyrobot, nyolong, ngakali kanca, dan entah apa lagi lainnya. Sebenarnya, betapa terhinanya kalau ada orang meneriaki seseorang dengan ungkapan seperti itu.
Sebaliknya, kalau kita bertingkah laku baik-baik saja, berjalan sesuai aturan, tidak neka–neka terhadap hukum, tidak main kuasa menang-menangan dumeh kuat; rasanya tidak akan ada seorang pun menyebut kita bajingan atau dasar wong mbajing!!
Adakah yang tahu bahasa ilmiahnya mBajing? Tolong dong kasih tahu.
Penutup: Seorang pasien di RS khusus berkata kepada dokternya: “Dokter, katakan secara sederhana saja, tidak usah dengan bahasa yang sulit-sulit agar saya paham, mengapa saya dirawat di sini dan apa penyakit saya, dokter?”
Dokter itu terdiam beberapa saat, sampai pasien itu bertanya lagi. Jawab dokter: “Anda sakit gila.”
Pasien itu menyalami dokter dan berkata terima kasih, katanya: “Sekarang katakan bahasa ilmiahnya penyakitku itu dokter, agar nanti saya ceritakan kepada keluargaku. Terima kasih, dokter!”
JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University