Urip (jabatan) menjadi sebuah urub pastilah ketika orang itu benar-benar dalam  melaksanakan jabatannya berfungsi sebagai obor, memberi pendar-pendar cahaya, menerangi bukannya malah menebar kegelapan.

Sementara itu urup (huruf terakhir p) mengandung tiga makna, yakni (1) padha ajine, berharga sama atau sama-sama bermakna; (2) sumbut, murwat karo rekasane, impas, sesuai dengan jerih payahnya. Maka ada ungkapan kurup-lah, karena impas.

Nahh….. inilah cocok dengan jabatan menteri dalam kabinet baru: mereka yang diangkat menggambarkan betapa impasnya dengan jerih payahnya selama ini. Dan (3) urup juga berarti ijol-ijolan barang tanpa nganggo dhuwit, terjadinya pertukaran barang tanpa ada transaksi uang. Dalam hal menteri-menteri baru, semoga begitu adanya. “Aku ngurupke dhuwit” artinya “Saya menukarkan uang”.

Urut

Pertanyaan menggelitiknya memang, apakah jabatan (eh urip dhing) itu sebuah urut(an) saja/belaka? “Kemarin-kemarin “mereka,” lalu sekarang tiba urutannya (gilirannya) kami.”  Begitukah? Saya tidak mampu menjawab pertanyaan atau  pernyataan ini.

Semua pihak tahu persis makna urut , yakni  runtut, turut, jejer-jejer, berturutan. Dalam kosakata sehari-hari sering kita dengar ada ungkapan urut kacang, berbaris, antre, menunggu giliran.

Bapak Presiden dan para Menteri baru,

Jadikanlah uripmu (jabatanmu) bernyala, menerangi, memanasi, memberi cahaya, memberi panas. Jangan sebaliknya.

Jadilah pejabat yang menyala, tetapi jangan menyalak; jadilah pejabat yang penuh urub; tetapi jangan hanya mendasarkan diri pada karena urup dan urut. Urip iki mula urub; hendaklah tidak berpuas diri amarga oleh urup lan urut.

Mengutip puisinya Kahlil Gibran, tertulis:

Bila kau bekerja
engkau ibarat sepucuk seruling
lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu

Bila kau bekerja
engkau memenuhi sebagian cita-cita bumi yang tertinggi
yang tersurat untukmu ketika cita-cita itu terjelma.

Dengan selalu menyibukkan diri dalam kerja
hakikatnya engkau mencintai kehidupan.

Mencintai kehidupan dengan bekerja
adalah menyelami rahasia hidup (baca: urip) yang paling dalam.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University