Maka, secara tidak sengaja, tenaga dalamnya pun aktif. meni mbul kan penekanan pada daerah sentral getarannya. (umumnya perguruan tenaga dalam itu memiliki  sentral getaran pada dada dan perut). Dan ketika itu wilayah sentral getaran ditekan (blok), reaksinya pun langsung berfungsinya memancarkan tenaga dalam.

Namun dengan adanya keterikatan dengan sentral getaran itu juga ada sisi lemanya, yaitu, dengan memperhatikan penekanan pada daerah sentral sering kali malah membuat kurang memperhatikan kaidah-kaidah gerak fisik seperti menangkis  secara natural (nyata).

Pada umumnya serangan awal itu sering kali belum disertai luapan emosi total,  sehingga walau tidak telak, sering kali adanya benturan yang masuk itu menyebabkan yang memanfaatkan tenaga dalam buyar konsentrasinya. Sehingga membuatnya tidak mampu lagi bahkan sering kali terpancing emosi dan mengabaikan teknik tenaga dalamnya.

Sisi yang lemah dari jenis tenaga dalam itu pada pengaturan teknik pernapasan yang salah. Kita tahu tarikan napas bagi yang memiliki kontak itu berpengaruh menarik penyerang. Dan jika ada tarikan napas yang bersamaan dengan serangan lawan.

Maka laju atau bobot serangan itu lebih keras dan berbobot karena tertarik  reaksi pernapasan, sehingga bobot pukulan yang semestinya satu kuintal, karena tertarik reaksi pernapasan, justru menjadi dua kali lipat. Maka, tidaklah mudah memanfaatkan tenaga dalam jika pemanfaatannya diluar gelanggang latihan dan kejadiannya diliputi suasana emosional.

Apalagi secara alamiah orang yang dalam keadaan bermasalah itu dihinggapi dua perasaan, kalau tidak marah, ya takut. Dua suasana itu memengaruhi cara bernapas yang tidak teratur, tersengal-sengal, sedangkan pemanfaatan tenaga dalam itu perlu disertai pengaturan napas yang tenang.

Karena itu,  tenaga dalam itu tidak sekedar bisa. Suasana marah atau takut sering kali menghantui orang yang  bermasalah,  karena fisik kita juga digerakkan oleh pikiran, perasaan, dan bukan disket!

Kuncinya Tenang

Memanfaatkan tenaga dalam untuk berbela diri di luar gelanggang latihan, tidak semudah memanfaatkannya dalam arena latihan. Suatu permasalahan yang terjadi diluar gelanggang, apalagi jika yang dihadapi itu orang yang belum dikenal, sering kali menghantarkan seseorang pada perasaan minder.

Dan karena itu orang kurang mampu berpikir bagaimana memanfaatkan tenaga dalam yang sudah dipelajarinya. Ketenangan disaat menghadapi permasalahan itu memegang peranan seseorang mampu mengaktualisasikan energi metafisiknya, karena “daya linuwih” itu jarang menyatu dengan kecemasan, keraguan, kemarahan dan perasaan takut.

Lalu bagaimana melatih sikap tenang itu sehingga kita mampu memanfaatkan tenaga dalam secara optimal. Tentang ketenangan, biasanya karena faktor bawaan, namun bukal berarti hal itu  tidak bisa dilatih. Salah satu di antara cara melatih tenang adalah seseorang memiliki keseimbangan berbeladiri secara fisik dan yang bersifat metafisik.

Latihan ketenangan menghadapi benturan yang bersifat fisik bisa dilakukan dengan sesering mungkin melakukan latihan praktek pertarungan dalam gelanggang atau bahkan diluar gelanggang.

Seseorang yang sudah terlatih tarung, mentalnya lebih siap disaat dia menghadapi benturan fisik yang sesungguhnya. Selain mentalnya telah siap, refleknya sudah terlatih. Untuk itulah, oleh guru, kita diberi wejangan bagaimana menghadapi benturan fisik di luar gelanggang?