Caranya, nikmati “duel” itu sebagai pekerjaan seni. Caranya dengan membayangkan berkelahi itu peragaan di depan kamera shotting. Dengan demikian kita tidak perlu grogi, bahkan bisa melakukan dengan gerakan indah, dengan harapan nanti melihat hasil rekamannya.
Mempertahankan diri untuk tidak lepas kontrol adalah merupakan cara untuk bertahan dari prinsip-prinsip beladiri yang benar sebagaimana yang diajarkan di berbagai perguruan. Tentang kisah pelaku tenaga dalam yang gagal memanfaatkan tenaga dalamnya sesekali juga terjadi, dan yang berhasil juga ada.
Biasanya ini faktor terlalu percaya diri sehingga mengabaikan gerak fisik, terlalu mengandalkan tenaga dalamnya dan bukan sebagai lambaran gerak fisik. Sehingga mengabaikan kaidah tenaga dalam. Tentang kegagalan memanfaatkan tenaga dalam diluar gelanggang itu faktornya beragam.
Ada yang karena nyalinya tidak mendukung, minder sehingga tidak mampu menguasai diri atau terbawa suasana marah, sehingga hilang kendalinya. Seseorang yang memanfaatkan tenaga dalam, terkadang mengalami kegagal karena pada serangan awal itu dari pihak penyerang belum disertai amarah atau emosi total.
Untuk menghindari kegagalan itu ada berbagai cara yang bisa dilakukan. Caranya, ketika ada serangan lawan, kondisikan untuk tetap tenang. Kejangkan pusat getaran (dada, perut) salurkan getaran melalui telapak tangan, lambari dengan gerak fisik dengan menangkis, mengelak disertai menahan atau hembusan napas.
Cara ini memiliki dua manfaat, sebagai gerakan menangkis jika serangan awal masih mampu menerobos “batas” tenaga dalam. Itu karena kadar emosinya belum total, yang kedua adalah penjajagan, atau mengetahui kadar emosi lawan. Dengan cara itu dapat dilihat “penyerang” sudah mampu dipengaruhi tenaga dalam atau belum.
Bagi yang kadar emosinya tinggi, jika dia mengadakan serangan kepada yang sudah menguasai tenaga dalam, ada gerakan-gerakan kalap, hilangnya keseimbangan, raut wajah memerah, sering kali kehilangan terkendalinya lisan, apakah itu teriakan saat melontarkan pukulan, dsb. Tamat