Bruno Fernandes menjadi man of the match kontra Leicester City. Foto: dok/instagram

Oleh: Amir Machmud NS

// letupan seperti apa/ yang mampu menyalakan kebangkitan?/ api seperti apa/ yang bisa mengobarkan/ semangat Setan Merah?//
(Sajak “Nyala Bruno Fernandes” 2025)

BRUNO Miguel Borges Fernandes menyala; bakal berkobar pulakah Manchester United?

Dia hanya menjawab kritik para legenda dengan performa, atau benar-benarkah nyala itu memberi pengaruh positif bagi spirit kebangkitan Setan Merah?

Fernandes memang “tersengat” oleh kritik-kritik pedas Roy Keane, yang dilontarkan di tengah kemerosotan performa MU. Tak sedikit legenda MU — seperti Gary Neville, Paul Scholes, Rio Ferdinand, dan Wayne Rooney — yang prihatin, lalu menyampaikan kritik keras.

Posisi MU dalam klasemen dekat dengan tubir degradasi, dan itu tergambar dari permainan inkonsisten sejak dilatih Erik Ten Hag, dan kini Ruben Amorim. The Red Devils betul-betul anjlok ke bentuk yang bukan hanya medioker, bahkan kehilangan aura sebagai salah satu kekuatan elite Liga Primer. Kandang yang dikenal angker, Old Trafford pun menjadi saksi bagi kekalahan demi kekalahan yang diderita.

Di bawah Amorim, MU belum menemukan bentuk yang pas. Salah satu yang banyak disorot adalah performa sang kapten, Bruno Fernandes, yang dinilai “tidak memperlihatkan kapasitas sebagai leader’’, di samping kiper “jago blunder” Andre Onana.

Akan tetapi, Fernandes memberikan “sesuatu” dalam tiga laga terakhir di semua ajang. Dia mempengaruhi permainan dalam pertandingan di liga, dan memberi perbedaan signifikan dengan hattrick-nya ke gawang Real Sociedad di Liga Europa.

Berikutnya dia terpilih sebagai man of the match ketika melawan tuan rumah Leicester City, Senin (17/3/2025) lalu. Fernandes membuat satu gol dan menyumbang assist untuk gol-gol Rasmus Hojlund dan Alejandro Garnacho.

Fernandes melanjutkan ketajamannya dengan tiga gol dan tiga assist dari empat pertandingan terakhir di Liga Inggris. Bahkan jika mengikutsertakan Liga Europa, Fernandes sudah membukukan enam gol.

Musim ini, Fernandes sudah 44 kali tampil di seluruh ajang dengan torehan 16 gol dan 15 assist.

Sejak bergabung dengan MU pada 2021, Fernandes telah mengukir 50 assist. Pemegang rekor assist di MU sejauh ini adalah Ryan Giggs (162), Wayne Rooney (93), David Beckham (80), Paul Scholes (55), dan Eric Cantona (51).

Dua Efek Kritik
Bruno Fernandes menanggapi nyinyir para legenda dengan caranya sendiri. Dia mengakui terlecut oleh kritik kapten legendaris MU, Roy Keane, yang menyatakan Fernandes tidak punya jiwa kepemimpinan dan petarung layaknya kapten.

“Saya melakukan apa pun dengan cara saya. Tentu saja tidak enak mendengar kritik orang lain, tetapi pada saat bersamaan itu memotivasi Anda dan orang-orang yang berpikir bahwa Anda masih belum bagus,” ujarnya kepada Sky Sports (detik.com, 17/3-2025).

Yang dia lakukan, katanya, belum tentu menyenangkan banyak orang. “Dan saya menghormati opini semua orang, menghormati betul Roy Keane. Saya menerima apa pun masukan untuk meningkatkan performa saya, kepemimpinan, dan segala hal yang saya lakukan dalam hidup ini”.

Pemain asal Portugal kelahiran 8 September 1994 ini, sejak bergabung dengan MU di era pelatih Ole Gunnar Solskjaer, menjadi sentral serangan. Dan, ketika ditunjuk sebagai kapten oleh Erik Ten Haag menggantikan Harry Maguire, bagaimanapun dia tidak tergoyahkan sebagai pusat di lini tengah. Walaupun jarang disebut sebagai salah satu pemain elite dunia, namun peran Fernandes tak tergantikan dalam skema Manchester Merah.

Dia diakui pintar menciptakan peluang, membuka ruang bagi pemain lain, yang terbukti dari jumlah assist yang terus meningkat. Hal itu, antara lain ditopang oleh kemampuan penguasaan bolanya yang mumpuni. Gol-gol yang dia ciptakan rata-rata lahir dari penguasaan bola yang baik, antara lain dengan teknik tendangan jarak jauhnya.

Lebih Agresif
Di balik peran sebagai kapten, dia mengalami perubahan sikap menjadi lebih agresif, yang menyebabkan harus menerima tiga kartu kuning pada musim ini. Ketika melawan Wolverhampton (27/12-2024), dia mendapat kartu merah ketiga. Sebelumnya, dia mendapat hukuman itu saat melawan Tottenham Hotspur dan FC Porto.

Itulah yang antara lain mendatangkan kritik Fernandes tidak mengemas performanya dengan jiwa kepemimpinan sebagai kapten. Akan tetapi, performa yang memberi pembeda dari tiga penampilan terakhir menjawab semua analisis para pundit. Fernandes menunjukkan kemampuan mumpuni, dalam skill dan gol, juga bagaimana melayani teman-temannya dengan umpan memanjakan.

Terlepas dari performa MU secara keseluruhan, Fernandes telah memberi pengaruh positif. Dia yakin, MU akan terus membaik di tangan Ruben Amorim. Satu hal yang dia tekankan, MU makin baik dalam transisi dan tidak mudah kehilangan bola.

Tanggung jawab Fernandes terlihat dari motivasi berlipat di tengah kesulitan yang dihadapi MU. Kontribusinya sangat terasa. Selain menunjukkan kapasitas teknis, juga menginspirasi para pemain lain.

Dia melampaui rekor Wayne Rooney sebagai eksekutor penalti tersukses dalam sejarah MU. Hal ini menunjukkan kepercayaan dirinya dalam mengambil tanggung jawab pada momen-momen krusial.

Pemain berusia 30 tahun itu telah menandatangani kontrak baru hingga 2027. Walaupun ada tawaran untuk meninggalkan Old Trafford, Fernandes memilih berkomitman untuk bertahan.
Dengan peningkatan performanya, dia diharapkan bisa mengatrol motivasi kebangkitan MU.

“Nyala” Bruno Fernandes tentu menjadi modal tersendiri bagi Amorim dalam memoles filosofi permainan yang dia inginkan. Sang kapten bakal semakin percaya diri untuk memimpin rekan-rekannya, menjawab sinisme para analis.

Peningkatan performa sang kapten menjadi berkah bagi Amorim yang semakin yakin berada di jalur benar untuk memoles kebangkitan MU.

Teruslah menyala, abangku…

Amir Machmud NS, wartawan Suarabaru.Id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah